Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Fitri, Terima Tangan Palsu dari Gubernur Khofifah

Kompas.com - 23/07/2019, 10:26 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KEDIRI, KOMPAS.com - Wiji Fitriani, seorang gadis usia 29 tahun asal Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mendapatkan tangan palsu dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Gubernur memberikannya secara langsung dengan datang ke rumah Fitri, nama panggilan gadis yang kesehariannya di asuh oleh neneknya itu, Minggu (21/7/2019).

Fitri sendiri mendapatkan bantuan berupa dua prostesis atau organ palsu yang menyerupai aslinya menyusul kondisi kedua tangan, yakni mulai jari-jari hingga telapak tangan yang tidak normal.

Ketidak normalan itu bukan karena bawaan lahir melainkan akibat dari kebiasaan Fitri yang kerap menggigiti jari dan tangannya sendiri hingga nyaris habis. Bahkan jari-jarinya itu kini hanya tersisa 3 saja.

Penyebabnya karena Fitri mengalami suatu kondisi kejiwaan khusus, yakni mengidap skizofrenia.

Baca juga: Fakta Kasus Pasien RSJ Surabaya yang Kerap Gigit Jarinya Sendiri, Bantuan Tangan Palsu hingga Dikunjungi Khofifah

Atas penyakit ini pula dia sempat mendapatkan perawatan kejiwaan di beberapa tempat. Terakhir adalah perawatan beberapa bulan di rumah sakit jiwa milik pemerintah di Surabaya.

Sepulang perawatan karena sudah membaik fisik maupun psikisnya itulah dia kemudian mendapatkan bantuan tangan palsu dari gubernur.

"Saya senang sekali (dengan tangan palsunya), terima kasih," ujar Fitri, menyahut obrolan Kompas.com dengan Mujirah, nenek yang mengasuhnya, di rumahnya, Senin (22/7/2019).

Pembawaan Fitri memang nampak normal. Dia mampu berkomunikasi dengan lancar, bahkan juga sesekali turut membantu neneknya menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Mujirah (65) mengungkapkan, gangguan kejiwaan yang dialami cucunya itu tidak terjadi setiap waktu. Menurutnya, hanya terjadi saat sedang kambuh saja dan periode kambuhnya tidak menentu.

"Ini membaik karena habis pulang dari perawatan rumah sakit di Surabaya," terang Mujirah, yang juga didampingi Mujiatin (45), anak perempuannya.

Bantuan tangan palsu itu menurut Mujirah sangat membuat Fitri senang. Saking senangnya, tangan yang baru didapatnya sehari itu didekapnya saat tidur.

Hanya saja Fitri belum betah berlama-lama mengenakannya. Selain karena belum terbiasa, juga merasakan tangan berkeringat saat mengenakannya.

"Jadi, dipakainya kalau mau pergi saja," kata Mujirah.

Awal mula depresi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com