Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didi Kempot, The Godfather of Broken Heart Asal Solo yang Ciptakan 800 Lagu

Kompas.com - 23/07/2019, 07:14 WIB
Rachmawati

Penulis

"Saat ini karena beda kasta. Tapi yaa kudu dilakoni," katanya disambut riuh tepuk tangan pengemarnya.

Alasan dekat dengan masyarakat juga menjadi alasan Didi Kempot menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik lagunya, seperti Stasiun Balapan Solo, Terminal Tirtonadi Solo, Pantai Klayar Pacitan, Gunung Api Purba Nglanggeran, Malioboro Yogyakarta, atau Jalan Tembus Karanganyar-Magetan.

Baca juga: Didi Kempot: Ternyata Anak-anak Muda Kenal Saya...

“Tempat itu kan sudah dikenal lebih dahulu. Jadi lagunya juga mudah dikenal masyarakat,” jealsnya.

Namun untuk lagu Sewu Kuto, ia bercerita jika lagu aslinya berjudul Hanya Firasat yang dinyanyikan oleh Ari Wibowo sekitar tahun 1980-an.

Sementara lagu Cidro yang saat ini popular dikalangan anak muda diciptakan Didi Kempot sekitar tahun 1989.

Salah satu lagu Didi Kempot yang fenomal adalah Layang Kangen, yang menceritakan tentang seorang kekasih yang membaca surat cinta dari pasangannya yang terpisah karena jarak.

“Saat nulis Layang Kangen itu pas kangen sama keluarga. Kepikiran jadi mengkhayal. Yaa saya kan banyak hidup di jalanan. Di Stasiun Balapan sering liat orang pisahaan nangis jadi terinspirasi,” katanya,

Untuk mengarang satu lagu, dia mengaku paling lama membutuhkan waktu sekitar dua hari, sedangkan paling cepat sekitar satu jam.

"Di lagu Sekonyong-konyong Koder itu kan butuh kata yang berakhiran er. Lemper, super, itu nulisnya agak lama" ungkapnya.

Baca juga: Dijuluki Godfather of Broken Heart, Apa Komentar Didi Kempot?

 

Hak cipta yang terabaikan

Walaupun sudah menciptakan hampir 800 lagu, Didi Kempot mengaku mengaku cukup gemas bahwa lagu-lagunya banyak di-cover tanpa izin. Didi mengatakan, bila ada yang ingin meng-cover lagunya, mereka seharusnya izin dulu kepada pencipta dan penyanyi lagunya.

"Kalau meng-cover lagu-lagu saya, saya bilang alangkah indahnya pakai tata krama atau permisilah. 'Mas Didi boleh enggak kalau saya bikin ini itu blablalah'," kata Didi saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/7/2019).

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (16/7/2019) Didi mengatakan, banyak pemusik yang sudah tidak mengerti bagaimana menghargai hak cipta seseorang. Dari dulu sampai sekarang, kata dia, yang namanya menyanyikan ulang lagu seseorang dan dikomersikan, seharusnya minta izin.

"Ya, wajarlah. Dari dulu, kan, kita juga gitu aturan mainnya. Mulai zaman dulu juga gitu," kata Didi.

Baca juga: Didi Kempot: Kalau Mau Cover Lagu Saya, Pakai Tata Krama, Permisilah

Sebagai pencipta lagu dan penyanyi, kata Didi, ia juga merasa dirugikan. Sebab yang meng-cover untung, sebaliknya yang membuat karya tidak mendapatkan apa-apa.

"Karena kan kami (pencipta lagu) yang bekerja. Membuat lagu adalah pekerjaan kami. Bekerja, kan, perlu mendapatkan hasil juga?" kata Didi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com