Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Serangan Hewan Liar, Sri Sultan Ceritakan Cara Orang Badui Tangkap Monyet

Kompas.com - 22/07/2019, 18:56 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat di tiga desa di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, resah dengan kemunculan monyet ekor panjang.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mendapat laporan itu mengaku teringat beberapa tahun lalu saat orang badui menangkap monyet ekor panjang.

Saat sesi tanya jawab dengan perwakilan masyarakat dalam kunjungan kerja ke Desa Rejosari, Kecamatan Semin, salah seorang perwakilan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa Pundungsari, Sudiyono menceritakan, selama beberapa tahun terakhir warga yang mengelola lahan di pegunungan Desa Pundungsari dan Karangsari hingga beberapa wilayah lainnya tidak bisa menanam tanaman karena hampir setiap hari didatangi monyet ekor panjang. 

Saat ini warga hanya menanam pohon keras, seperti jati. Sementara untuk palawija sudah tidak berani.

"Keranya (monyet) menyebar, lalu masyarakat di sekitarnya kesulitan untuk menghalau, banyak lahan yang tidak bisa ditanami karena diserang (monyet) ekor panjang," katanya.

Baca juga: Warga Curhat soal Monyet Ekor Panjang, Ini Kata Sri Sultan HB X

Menurutnya, serangan monyet itu terjadi setiap hari. Warga enggan menanam di gunung-gunung karena diserang. 

Lanjut Sudiyono, tanaman yang dekat perumahan warga pun dijarah kawanan monyet ekor panjang.

"Serangan bahkan sampai permukiman, tanaman sekitar rumah (monyet) sudah berani," ujarnya.

Untuk itu, Sudiyono memberanikan diri melapor ke gubernur DIY agar ada solusi. Harapannya ke depan pegunungan bisa ditumbuhi tanaman palawija dan padi untuk kesejahteraan masyarakat.

"Dulu waktu saya kecil di gunung-gunung itu ditanami palawija," ucapnya.

Menanggapi keluhan warga tersebut, Sultan mengatakan, beberapa tahun yang lalu serangan monyet ekor panjang terjadi besar-besaran di Gunungkidul.

Pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk menanggulanginya. Lalu Kementerian mendatangkan beberapa orang dari suku Badui.

Saat itu, ia kaget, kenapa orang Badui didatangkan untuk menanggulangi serangan monyet ekor panjang. Saat itu, Sultan pun melihat langsung bagaimana orang Badui menangkap monyet itu.

"Ternyata luar biasa pengalaman yang saya lihat itu. Dia (orang Badui) tahu di Rongkop sini yang bisa ditangkap 50 ekor. Dari 50 ekor, yang 49 itu anak buah, yang satu komandannya," kata Sultan.

"Dari Rongkop pindah ke Paliyan, oh di sini bisa (menangkap) 100 ekor berarti dua komandan. Di hari pertama nggak tau caranya bagaimana yang keluar komandannya dulu yang mbeker mbeker (marah dan berontak) itu. Begitu ditangkap, yang 49 turun aja, dipegang aja gak ada yang mbeker-mbeker (berontak). Yang seratus juga begitu," ujarnya.

Baca juga: Saat Sri Sultan HB X Menolak Diberi Kayu Jati Ukuran Besar

 

Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan terkait penanganan monyet ekor panjang yang sering menyerang Gunungkidul.

"Saya nggak tahu nanti apakah seperti itu lagi kalau minta bantuan departemen kehutanan," katanya.

 

 

 

 


 

 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com