Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mak Tiyah, Bertahan Menempati Rumah Panggung di Zona Merah Tanah Bergerak

Kompas.com - 22/07/2019, 06:18 WIB
Budiyanto ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Adik Mak Tiyah, Enok (50), mengkhawatirkan kondisi kakaknya yang tetap bertahan tinggal di rumah panggungnya.

Baca juga: Akibat Tanah Bergerak, Tiga Gedung di IAIN Ambon Rusak Parah

 

Meski Enok beserta suami dan anak-anaknya sudah menyediakan kamar, namun kakaknya tidak mau.

Bahkan, ada lahan kosong di belakang rumah yang sudah disediakan untuk memindahkan bangunan rumahnya.

"Kami sekeluarga selalu was-was, karena takut ada apa-apa dengan Mak Tiyah. Tapi, kami selalu siap menerima teteh (kakak) bila akan tinggal di sini dan berusaha terus menjenguknya," kata Enok, saat ditemui di rumahnya, Sabtu siang.

Sementara, Salimudin kepada Kompas.com saat ditemui di kobong Masjid Darussalam, Sabtu sore, menuturkan, dirinya sudah menganggap Mak Tiyah sebagai neneknya.

Karena Mak Tiyah sejak dia mulai tinggal di masjid telah menganggap dia sebagai cucu.

"Saya menginap di kobong masjid ini sekaligus ikut menjaganya. Ada beberapa teman juga, tapi warga sini. Jadi, kalau makan, mereka pulang ke rumahnya, kalau saya suka makan ke rumah Mak Tiyah," kata Salimudin, yang berasal dari Kampung Urugan desa setempat.

Dia menuturkan, hampir setiap hari, bila tidak ada kegiatan di sekolah dan masjid, selalu berusaha menjenguk Mak Tiyah.

Apalagi, pasca-bencana ini, dia juga ikut mengurusi keperluan Mak Tiyah untuk mengambilkan bantuan dari Kantor Desa Kertaangsana. 

Baca juga: Puluhan Anak PAUD Penyintas Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi Belajar di Lokasi Pengungsian

"Kalau Mak Tiyah ingin pindah ke pos pengungsian saya siap membantunya. Dan alhamdulillah kalau di pengungsian bisa terus terpantau, saya juga bisa lebih dekat menjenguknya, karena lokasi dilintasi bila pulang pergi sekokah," ujar Salimudin.

Diberitakan sebelumnya, sedikitnya 40 unit rumah rusak terdampak bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat. Sementara, 115 rumah lainnya dalam kondisi terancam.

Selain itu, tanah bergerak ini mengakibatkan ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten di kampung setempat anjlok dan mengancam 26 hektare lahan persawahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com