Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Watertoren, Penampungan Air Warisan Belanda yang Bertahan Melintasi Zaman

Kompas.com - 20/07/2019, 11:30 WIB
Heru Dahnur ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Memasuki musim kemarau saat ini, mengingatkan kita akan pentingnya mengelola sumberdaya air. Salah satunya yang amat penting adalah menyediakan tempat penampungan.

Nah, pengelolaan air di Indonesia telah dimulai jauh sebelum masa kemerdekaan. Seperti yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda dengan membangun menara penampungan air atau disebut juga watertoren di kawasan Bukit Baru, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.

Sejak difungsikan tahun 1932 atau telah berumur 87 tahun, fasilitas penampungan air tersebut masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga sekitarnya.

Pembangunan watertoren mulai digagas pada masa Residen AJN Engelenberg yang memerintah Bangka periode 1913 - 1918 M.

Baca juga: Menengok Gereja Warisan Belanda Penanda Nol Kilometer di Pulau Bangka

Kemudian penelitian dilakukan pada periode 1925 - 1928 M ketika keresidenan dipimpin JE Edie. Selanjutnya kontrak pembangunan dimulai pada masa Residen Hooger DG 1928 - 1931 M.

Keterangan tertulis yang ada di komplek watertolen menyebutkan, pembangunan fisik dilaksanakan Lindeteves Stokvis Betawi dengan kontrak senilai Rp 300.000.

Saat ini watertoren menjadi bagian dari destinasi heritage Kota Pangkal Pinang. Di kawasan itu juga telah dibangun ruang terbuka hijau yang dilengkapi dengan arena permainan, alat fitnes dan jogging track.

Istirahat di Tengah Kota

Lokasi jogging track di ruang terbuka hijau Bukit Baru, Pangkal Pinang, dekat watertoren. KOMPAS.com/HERU DAHNUR Lokasi jogging track di ruang terbuka hijau Bukit Baru, Pangkal Pinang, dekat watertoren.
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bukit Baru sekaligus menjadi lokasi istirahat warga kota. 

Posisinya strategis karena berada dekat pusat kota, atau terpaut sekitar 1 kilometer dari alun-alun Lapangan Merdeka.

Di RTH yang menjadi bagian dari komplek rumah dinas karyawan timah itu, pengunjung bisa istirahat atau sekadar bersantai di bawah kerimbunan pepohonan.

Pengunjung biasanya membawa makanan dari luar dan menyantapnya di dalam RTH. Selain cocok untuk tempat istirahat siang saat jeda pekerjaan, RTH juga menjadi lokasi yang pas sebagai tempat bersantai keluarga.

Ada beragam jenis pohon yang dilengkapi dengan keterangan tertulis di bawahnya. Sehingga bisa menjadi sarana edukasi bagi anak, dan bahkan sebagai tempat penelitian juga.

Baca juga: Di Gedung Warisan Belanda itu, Anak-anak Berkebutuhan Khusus Belajar Bicara...

Selain suasana yang sejuk dengan angin yang berhembus semilir, pengunjung juga bisa bermain dengan ratusan burung merpati. Burung dara jinak itu akan langsung mendekat jika dilempari makanan.

Seorang pengunjung, Novi, mengaku sering mamanfaatkan waktu lowong di kawasan RTH Bukit Baru.

Ia biasanya datang bersama sejumlah temannya untuk menikmati makan siang. Sementara pada sore harinya dimanfaatkan untuk berolahrga.

"Kalau untuk jogging track cuma ini satu-satunya di Pangkal Pinang yang konsepnya ruang hijau. Tempat lain itu dekat jalan raya, banyak asap," tutur Novi, Rabu (17/7/2019).

Kesan positif juga diutarakan pengunjung lainnya, Agus Hendra. Ia datang bersama istri dan anaknya yang masih balita.

"Bawa anak karena udaranya bagus di sini," ucapnya.

Baca juga: Resep Sehat Jemaah Haji Pamekasan di Tanah Suci, Pakai Jamu Warisan Leluhur

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com