Karena tak menyangka ada permintaan tersebut, Erwin tidak bisa memenuhi permintaan mereka.
Namun, setelah itu, Erwin pun menjanjikan akan mencarikan anjing dengan jenis yang sama. Hingga, akhirnya dirinya sengaja mencari anjing-anjing kampung di Garut.
Saat ini, peran Erwin, telah diambil oleh beberapa orang pengepul yang tersebar di empat kecamatan di Garut yaitu Samarang, Bayongbong, Wanaraja dan Leles.
Erwin, saat ini hanya bertugas mengurusi dokumen yang diperlukan agar anjing bisa diberangkatkan ke Sumatera Barat, mulai dari dokumen SKKH hingga kartu vaksin yang jadi bukti hewan yang dikirim sehat dan tidak menyebarkan penyakit rabies.
Baca juga: Kondisi Terkini Wanita yang Bawa Anjing Masuk Masjid di Rumah Sakit Jiwa
Saat ini, menurut Erwin, potensi ekonomi dari penjualan anjing ke Sumatera Barat, juga telah dilirik sejumlah daerah di Jawa Tengah.
Garut sendiri, saat ini menjadi pengirim anjing terbesar kedua dibawah Kabupaten Sumedang. Namun, Erwin mengklaim anjing-anjing dari Garut lebih sehat karena ketatnya pengawasan dari Dinas Peternakan.
“Kalau di Sumedang, hari ini divaksin dan di lab, hari ini juga bisa dikirim, kalau Garut kan tunggu 14 hari baru bisa dikirim,” katanya.
Menurut Erwin, potensi pengiriman anjing dari Garut, bukan tidak bisa melampaui Sumedang. Namun, Dinas Peternakan membatasi kuota pengiriman tiap tahunnya paling banyak hanya 4.000 ekor saja per tahun.
Padahal, jika ditingkatkan pun pengepul masih bisa memenuhi permintaan pasar.
Baca juga: Kisah Perburuan di Lereng Gunung Slamet, Libatkan 7 Anjing dan Bergerak dari 3 Titik
Malik (31), warga Sawahlunto Sijunjung, Padang Sumatera Barat, yang ditemui di rumah pengepul Didin mengungkapkan, dalam satu bulan dirinya bisa dua kali ke Garut mengambil anjing-anjing yang akan dijualnya kembali di daerahnya.
Setiap satu keberangkatan, dirinya bisa membawa hingga 85 ekor anjing dari Garut.
“Bisa 20 hari sekali, bisa sebulan sekali, tergantung kondisi,” jelas Malik yang mengaku membawa anjing-anjing tersebut menggunakan mobil pick up Grand Max dengan kandang-kandang besi yang telah dibuat khusus untuk mengangkut anjing.
Malik menuturkan, anjing-anjing yang dibawanya, biasanya hanya jenis anjing kampung. Anjing-anjing kampung dari Garut, memang banyak diminati di Sumatera Barat karena bisa untuk dibawa berburu. Sementara, anjing lokal ditempatnya, tidak bisa diajak berburu.
“Di sana itu, semua punya anjing, semua suka anjing untuk berburu,” jelas Malik yang nampak telah terbiasa berbahasa Sunda meski logat Minang-nya kental.
Baca juga: Anjing Dikerahkan untuk Buru Babi Hutan yang Serang 4 Warga
Sementara, ditanya soal harga menurut Malik harga memang sulit ditentukan, karena bicara soal anjing hobi, biasanya ada faktor-faktor kesukaan yang sangat mempengaruhi. Jadi, bukan hanya dilihat dari umur dan jenis anjingnya saja.
“Kalau beli dari sini Rp 500.000, kita bisa jual Rp 1 juta, bisa lebih, kalau laku Rp 1 juta, buat ongkos Rp 300.000, makan Rp 100.000, kita dapat sisa Rp 100.000,” katanya.
Menurut Malik, di daerahnya berburu babi menjadi satu kebiasaan masyarakat, makanya setiap rumah yang ada di daerahnya, terutama yang ada di daerah pinggiran hutan dan perkebunan, pasti memiliki anjing peliharaan yang bisa diajak berburu.
“Di daerah perkotaan sama juga, hanya berburunya berbeda, tidak sering-sering, tapi banyak juga yang pelihara anjing,” ujarnya.
Baca juga: Bocah 6 Tahun Digigit Anjing Saat Berlibur, Ini Tanggapan Manajer Vila