Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Diplomat Afganistan Belajar Penyelesaian Konflik dari Maluku...

Kompas.com - 19/07/2019, 21:43 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Konflik kemanusiaan yang pernah berkecamuk di Maluku sepanjang tahun 1999-2004, telah menjadi catatan buruk dan sejarah kelam bagi peradaban kemanusiaan di daerah berjuluk seribu pulau itu.

Namun, setelah konflik berakhir, Maluku kini terus bangkit dari keterpurukan dan mampu menampilkan wajah damai dari sebuah negeri yang menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi.

Tak mengherankan banyak orang hingga sejumlah lembaga jauh-jauh datang ke Maluku secara khusus hanya untuk mempelajari konflik berkepanjangan di Maluku, dan bagimana cara orang Maluku menyelesaikan konflik secara damai.

Pengalaman orang Maluku menyelesaikan konflik yang terjadi di masa lalu membuat para diplomat asal Afghanistan ikut tertarik untuk belajar menyelesaikan konflik.

Baca juga: 99 Persen Gangguan Listrik Diperbaiki Pasca Gempa Maluku Utara

 

Ada sepuluh diplomat yang mendatangi Kantor Gubernur Maluku, pada Jumat (19/7/2019).

Kesepuluh diplomat itu yakni Abdul Ghaffar Jamshidi selaku Official of MoFA Afghanistan, Abdul Wahab Rahimi, Abdulzaman Akbari, Asef Naderi, Faridullah Malizai, Fawzia Habib, Hamed Khurasani, Jamal Nasir Gharwal, Jangyalai Hakimi, dan Mohammad Amin Yaqoubi.

Mereka datang ke Kantor Gubernur Maluku bersama Kepala Pusdiklat Kemenlu, Dr Yayan GH Mulyana dan langsung mengadakan pertemuan bersama sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi Maluku yang dipimpin oleh Plt Kepala Kesbangpol Maluku, Dachjar Sialana.

Pertemuan yang berlangsung di lantai 6 Kantor Gubernur Maluku itu ikut dihadiri oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat, perwakilan universitas di Ambon dan perwakilan Polda Maluku dan Kodam XVI Pattimura.

Menurut Dachjar Sialana, selama pertemuan berlangsung, berbagai persoalan mengenai konflik di Maluku dan penyelesaiannya hingga isu kerukunan antarumat bergama ikut dibahas bersama para diplomat Afghanistan tersebut.

“Tadi kita (Pemda Maluku) sampaikan, kekuatan terbesar kita adalah kearifan lokal. Di samping itu, adanya intervensi pemerintah dalam hal regulasi seperti Instruksi Presiden Nomor 88 serta ada juga kebijakan pemerintah pusat untuk recovery (pemulihan). Itu disampaikan dan mereka (Diplomat) senang,” ungkap Sialana, kepada wartawan usai pertemuan itu, Jumat.

Kepada para diplomat dalam pertemuan itu, Sialana mengaku bahwa upaya membangun perdamaian dan toleransi di Maluku sangat kuat tercermin lewat perilaku kehidupan warga melalui kearifan lokal dan nilai budaya saling menghargai.

“Saat ada masjid di komunitas Muslim dibangun, saudara dari Kristiani juga ikut membantu, begitu pun sebaliknya, sehingga mereka tadi merasa luar biasa persaudaraan di Maluku," sambung dia.

Para diplomat Afghanistan yang datang ke Maluku itu, kata Sialana, juga mengaku kaget karena ternyata ada banyak warga Hindu dan Budha serta aliran kepercayaan lainnya di Maluku.

"Mereka tercengang dengan melihat pemerintah yang tidak hanya memperhatikan Islamic Center dan Cristiani Center, tetapi pemerintah juga memperhatikan Katolik Center, Budha Center dan Hindu Center. Itu membuat mereka kagum karena pemerintah pusat tidak melepas tangan terhadap Maluku," ujar dia.

Baca juga: Gempa Maluku Utara Rusak Jaringan Listrik di Halmahera Selatan

Menurut Sialana, kedatangan diplomat dari salah satu negara yang juga tercabik konflik itu tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi Maluku, apalagi kedatangan mereka untuk belajar tentang membangun perdamaian dan bagaimana menyelesaikan konflik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com