Dia yang mengaku sebagai orang Batak sangat mengerti adat dan aturan serta kesakralan Danau Toba.
"Saya kan orang setempat. Saya sangat percaya bahwa Danau Toba sakral. Saya juga percaya kalau kita sopan di tempa sakral, maksudnya, minum di tempat itu, berdance di situ, kita juga ada Batak dance. Ada tuak, tapi juga tidak akan mengganggu kesakralannya," katanya.
Menurutnya, selama ini yang dilakukan jauh lebih sopan dan yang paling penting, tidak pernah ada hal-hal tidak baik dilakukan.
"Itu bukan penari telanjang, hanya menari jadi, positif. Ini kan ada dance party ini bukan prostitusi. Hanya bayangkanlah kita manortor di pesta, minum sedikit tuak. Begitu lah di kapal itu. Tuak itu kan manfaatnya bukan hanya untuk mabuk, tapi menghangatkan. Karena di kapal itu juga dingin," katanya.
Baca juga: Gubernur NTT: Saya Tidak Tertarik NTT Disebut Bali Baru
Menurut Hamlet, yang juga sangat penting adalah menjaga adat istiadat. Bali, kata dia, masyarakatnya sangat kental dengan adat istiadat. Begitu juga dia menyebutnya sangat internasional.
Masyarakat Bali, walaupun begitu banyak turis asing datang dengan berbagai kebiasaannya, adat istiadat tetap dijaganya dengan kuat.
"Bayangkan lah, ketika mereka bersembahyang di pantai, di saat yang sama seseorang dengan bikini lewat, mereka tidak terpengaruh. Hal seperti itu yang saya harapkan di masyarakat di Danau Toba ini," katanya.
"Ini mengajarkan ke dunia bahwa Danau Toba bukan hanya tempat relaksasi saja. Tapi bisa party juga dan banyak spot yang sangat indah. Kalau nanti terlalu sakral lalu kita marahi orang, bagaimana. Kita bawa agama kita untuk kita saja. Jangan paksa orang menjadi kita. Orang itu kan beda."
Hamlet yang pernah empat tahun bekerja di Bali menjadi bartender, penyanyi dan peselancar ini mengatakan bahwa di event ini mereka juga menggunakan konsep eco friendly di mana mereka tidak menghasilkan sampah plastik.
"Pipet kita gunakan yang dari bambu dan besi (stainless), sabunnya juga pakai yang alami. Jadi tidak mencemari Danau Toba. Kita ini hanya menikmati sunset di kapal yang terapung, dari jam lima sore sampai jam sepuluh saja," katanya.
Begitu juga dengan faktor keamanan, sangat dijaga. Kapal yang digunakan, kata dia, memiliki kapasitas 70 orang dilengkapi dengan sistem keamanan dan juga menyewa lima orang life guard.
Koneksi dengan darat juga intens misalnya untuk menambah makanan yang kurang atau untuk emergency.
"Jadi kalau pun ada pro dan kontra dengan ini, saya anggap itu biasa saja. Kita tahu kok adat dan aturan di sini. Saya sendiri orang setempat, orang Batak. Yang kita lakukan di sinni positif kok," katanya.
Baca juga: Sampah Plastik di Danau Limboto Menjadi Ancaman Burung Migran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.