Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan Kawanan Besar Lumba-Lumba Muncul di Perairan Bali

Kompas.com - 18/07/2019, 16:17 WIB
Robertus Belarminus

Editor

BULELENG, KOMPAS.com - Ratusan ikan lumba-lumba tertangkap kamera seorang pemandu wisata di Pantai Lovina, Kabupaten Buleleng, pada Kamis (18/7/2019).

Kawanan mamalia ini nampak menari turun naik di perairan dalam jumlah yang sangat besar.

Kepala BKSDA Bali, Budi Kurniawan mengatakan, Pantai Lovina memang menjadi habitat dan jalur imigrasi lumba-lumba, yang kadang dilakukan berkelompok dalam jumlah banyak atau sedikit.

Lumba-lumba ini bergerak dari perairan timur seperti perairan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan utara Bali, menuju ke perairan barat seperti Laut Jawa dan Samudera Hindia.

Baca juga: Kawanan Lumba-Lumba dalam Jumlah Besar Muncul di Perairan Bali Utara

 

Selain itu, perairan di Pantai Lovina menjadi pertemuan arus dingin dan hangat yang disukai lumba-lumba.

"Jadi, ini memang selama ini jalur transit yang memang intens. Karena ini merupakan salah satu pertemuan arus antara arus hangat dan dingin dan ini yang disukai lumba-lumba," kata Budi, saat dihubungi, Kamis.

Dia mengungkapkan, ini terjadi sepanjang tahun. Lumba-lumba ini akan terus kembali dan melewati jalur tersebut jika merasa aman dari gangguan.

"Jadi, kalau perilaku lumba-lumba ini selalu bergerak sepanjang tahun dan dia tak akan diam di satu tempat," kata dia.

Terkait aktivitas pariwista di perairan tersebut, Budi mendorong agar pembahasan dan pengaturan ruang zona perairan wisata dan perairan dilindungi, segera dituntaskan.

Sebab, satwa liar seperti lumba-lumba sangat bergantung dengan ketersediaan habitat tanpa ada gangguan.

Sepengetahuannya, pengaturan ruang tersebut tertuang dalam RZWP3K yang kini masih dalam pembahasan.

Baca juga: Lumba-Lumba Penuh Luka yang Terdampar di Polewali Akhirnya Mati

"Terkait kebijakan maka perlu pengaturan ruang. Ini menjadi area-area yang memang diperuntukan untuk satwa-satwa tertentu perlu diatur ruang," kata dia.

Ia mengimbau, pelaku pariwisata peduli dalam menjaganya karena lumba-lumba merupakan aset dan daya tarik.

"Di satu sisi untuk bagaimana meningkatkan kunjungan, tapi ada aset konservasi untuk dijaga daya dukungnya. Perlu dibuat semacam itu pengaturannya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com