Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI Terkejut Biaya Masuk SMA Taruna Capai Rp 22 Juta

Kompas.com - 17/07/2019, 18:32 WIB
Aji YK Putra,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan hal baru ketika menyelidiki kasus tewasnya DBJ (14), siswa SMA Semi Militer Taruna Plus Indonesia yang dianiaya guru pembinanya.

Temuan itu berupa biaya yang mahal ketika masuk dan mendaftar sebagai siswa di sekolah tersebut.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan, hasil wawancara dengan orangtua murid, mereka harus mengeluarkan uang Rp 22 juta ketika masuk ke sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia.

Selain itu, saat ajaran berlangsung wali murid juga harus membayar uang per bulan Rp 1,5 juta dan membayar uang per semester Rp 3 juta.

Biaya yang besar, menurut Retno tak sesuai dengan kondisi sekolah yang menurutnya kurang layak dijadikan asrama.

"Saya keliling asrama, saya lihat prasarana dan sarana kurang, tidak memadai untuk sekolah berasrama dan ini tidak murah (biaya sekolah)," kata Retno ketika mengunjungi WJ (14), siswa SMA Taruna yang juga jadi korban kekerasan oleh guru pembina di Rumah Sakit RK Charitas Palembang, Rabu (17/7/2019).

Baca juga: Pembina Sekolah SMA Taruna Tak Miliki Kompetensi sebagai Pelatih Fisik

Retno menyebutkan, pihak sekolah selama ini menjual nama pendidikan semi militer untuk menarik minat para calon siswa maupun wali murid.

Dimana mereka berasumsi jika telah menyelesaikan sekolah tingkat SMA disana, dapat mempersiapkan diri untuk masuk ke Akademi Militer (Akmil) maupun Akademi Kepolisian (Akpol).

"Saya minta data lulusan di sini (SMA Taruna ) yang betul-betul ke Akmil maupun Akpol. Ternyata tidak ada. Yang lulusan tahun kemarin hanya masuk Secaba (Sekolah Calon Bintara), tidak ada yang masuk ke Akmil," ujarnya.

Baca juga: Satu Korban Orientasi SMA Taruna Indonesia dalam Kondisi Kritis

Selain itu, menurutnya, kondisi WJ (14) yang menjadi korban kekerasan saat orientasi berlangsung masih terus menurun.

Tak hanya siswa, orangtua korban pun masih dalam keadaan syok menunggu pemulihan WJ di ruang kamar ICU.

"Orangtua korban juga masih belum bisa dimintai keterangan, karena dalam keadaan syok dan menangis terus. Untuk korban belum sadarkan diri, kita akan berikan pendampingan kepada mereka," jelasnya.

Kasus ini, menurut Retno akan direkomendasi kan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk ditindak lanjuti, agar ada evaluasi terhadap SMA Taruna Indonesia.

"Nanti juga akan kita tembuskan ke Presiden, jangan sampai kasus ini kembali terulang," ungkapnya.

Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo menerangkan, mereka akan melakukan evaluasi secara menyeluruh kepada pihak sekolah, baik itu kurikulum pendidikan maupun biaya iuran terhadap para anak didik.

"Nanti akan ditanyakan, Rp 20 juta itu apa saja rinciannya. Kalau untuk uang makan satu okelah, tapi kalau tidak itu untuk apa. Nanti semuanya kita evaluasi," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, DBJ, siswa SMA Taruna tewas saat mengikuti masa orientasi sekolah di SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang, Sabtu (13/7/2019).

Setelah dilakukan autopsi, terdapat luka benturan keras di bagian kepala serta dada. Dari kasus tersebut, Obby Frisman Arkataku (24) yang merupakan pembina sekolah ditetapkan sebagai tersangka, karena terbukti menganiaya korban dengan menggunakan bambu buntu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com