Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Bandung 15,4 Derajat Celsius, Warga Minum Vitamin dan Mandi Pakai Air Hangat

Kompas.com - 17/07/2019, 16:32 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

 

BANDUNG, KOMPAS.com - Suhu di Bandung, Jawa Barat, terutama di wilayah utara terbilang cukup dingin belakangan ini, yakni berkisar 15,4 derajat celsius dan di Lembang 13 derajat celsius.

Dinginnya suhu juga diakui oleh warga yang tinggal di daerah utara. Salah satunya, Didit Yuniantoro, warga Kampung Cijamil, Kelurahan Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Menurut Didit, udara di sekitar rumahnya juga disertai angin.  

“Dirasakan udara memang terasa lebih dingin dibandingkan dengan beberapa minggu ke belakang. Namun udara dingin disertai dengan angin yang cukup kencang,” kata Didit saat ditemui di Bandung, Rabu (17/7/2019).

Didit mengatakan, sebagai antisipasi udara dingin, dia selalu menyiapkan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

“Lebih ke vitamin paling. Buat jaga stamina aja karena perjalanan kerja yang cukup memakan waktu juga,” ungkapnya.

Baca juga: Suhu Dingin di Bandung 15,4 Derajat, di Lembang 13 Derajat, Ini Penjelasan BMKG

Meski demikian, dinginnya suhu udara tidak terlalu memengaruhi pola keseharian. Menurut dia, setiap hari keluarganya selalu memasak air hangat untuk keperluan mandi.

“Sekarang harus bisa menyiasati suhu udara yang ekstrem. Kalau anak memang selalu pakai air hangat kalau mandi termasuk kita orang dewasa. Jaga-jaga kesehatan juga, takut terkena rematik,” tuturnya.

Hal serupa disampaikan Cahyo Kartiko, warga Cikadut Dalam, Kelurahan Karangpamulang, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung.

“Dingin banget. Biasa enggak pakai selimut sekarang mau enggak mau pakai selimut,” kata PNS Pemerintah Kota Bandung ini.

Cahyo menambahkan, bahkan belakangan ini, anaknya tidur sangat nyenyak hingga sulit dibangunkan pada pagi hari.

“Anak saya jadi lebih pulas tidurnya dari biasanya. Sekarang juga mandi jadi pakai air hangat,” tuturnya.

Udara dingin juga dirasakan oleh Steve Ewon, pawang ular asal Gang Masjid Al Muminun, Kampung Cisarua, Desa Kertawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Udara dingin belakangan ini, menurut dia, tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Namun, udara dingin sangat mempengaruhi beberapa ular berjenis sanca kembang peliharannya.

“Iya betul. Beberapa hari ke belakang dingin sekali. Kalau dalam keadaan dingin gini ular jadi lambat proses absorpsinya (pembusukan makanan),” kata Ewon.

Baca juga: Polisi Bandung Buru Wanita yang Gelapkan Uang Perusahaan Rp 2 Miliar

Selain itu, pengaruh lainnya adalah ular menjadi susah makan ketika udara dingin di Parongpong yang berada di kisaran 13-16 derajat celsius. Agar bisa mendapatkan suhu 22 derajat celsius yang ideal untuk ular, Ewon mengaku menambah beberapa lampu di rumah agar suasana bisa lebih hangat.

“Galak sih tidak, tapi ular malah jadi pendiam. Terus ganti kulit biasanya satu bulan sekali ini bisa terhambat,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com