Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kekuatan Cinta Barbara Adinda, 5 Tahun Rawat Suami yang Cacat Permanen, Bertahan dengan Makan Ubi

Kompas.com - 17/07/2019, 10:01 WIB
Nansianus Taris,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Ambrosius Roliyanto (34), warga Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Flores, NTT mengalami kecelakaan kerja di negeri Jiran pada tahun 2014 silam.

Akibat kecelakaan itu, Roliyanto mengalami patah pinggang (tulang saraf bagian belakang). Sejak saat itu ia tidak lagi bisa beraktivitas. Ia hanya bisa baring di tempat tidur dan duduk paling lama 15 menit. 

Sejak saat itu pula, Roliyanto mengalami cacat permanen mulai dari bagian pinggang hingga kaki.

Di balik peristiwa kelam itu, sang isteri Barbara Adinda (32) tetap setia mendampingi dan merawat Ruliyanto dalam suka dan duka. 

"Sejak dia dirawat di rumah sakit sampai sekarang, saya selalu setia mendampinginya. Saya tidak peduli apa pun kondisinya. Kekuatan cinta dan campur tangan Tuhan yang membuat kami tetap bersama," ungkap Barbara Adinda kepada Kompas.com, Jumat (12/7/2019).

Baca juga: Cerita Ketabahan Mbah Miratun, 29 Tahun Asuh 3 Saudaranya yang Keterbelakangan Mental

 

Kecelakaan kerja di Malaysia

Barbara Adinda menceritakan, sang suami mengalami kecelakan kerja di perusahaan kelapa sawit di Malaysia pada tahun 2014 lalu. 

Ia menuturkan, suaminya bekerja di perusahaan kelapa sawit sebagai buruh. Setiap hari, sang suami melakukan aktivitas memasukkan buah kelapa sawit dari tempat penampung ke dalam truck untuk diantar ke gudang perusahaan. 

"Pas dia lagi kerja kasih masuk sawit ke truk, tiba-tiba papan tempat penampungan patah. Ia jatuh dan tertindih papan yang bermuatan sawit yang beratnya sekitar 28 ton lebih. Dia tertindih itu selama setengah jam," tuturnya. 

Ia melanjutkan, rekan-rekan kerja menyelamatkan suaminya dari kecelakaan dan langsung diantar ke klinik perusahaan.

Dari klinik lalu diantar ke rumah sakit Laha Dato. Dari Laha Dato ke Sandakan, dan terakhir di Keke. 

Baca juga: Kisah Pilu Nenek Amur, Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Teriak-teriak Saat Lapar... 

"Dia dirawat di 3 rumah sakit memang. Di Laha Dato dan Sandakan tidak ada alat untuk sambung tulangnya yang patah. Makanya diantar ke Keke. Setelah pasang alat itu di Keke, baru kembali ke Lahadato untuk melaksanakan perawatan lanjutan," lanjutnya. 

"Dia 2 bulan dirawat di rumah sakit. Menurut dokter suami saya alami patah tulang saraf bagian belakang. Tidak bisa disambung lagi. Kecuali mukjizat Tuhan baru bisa sembuh. Bayar pengobatan, ditanggung perusahaan dengan potong asuransi," sambungnya. 

Ia menceritakan, sejak keluar dari rumah sakit ia dan sang suami menempati rumah yang disiapkan perusahaan.

"2 tahun kami bertahan di Malaysia. Hidup di rumah perusahaan. 1 bulan setelah keluar dari rumah sakit biaya hidup ditanggung perusahaan. Setelah itu, saya sendiri yang kerja cari uang untuk kebutuhan dan beli obat suami," ungkapnya dengan penuh sedih. 

Baca juga: Bangganya M Idris, Anak Petani dan Guru Ngaji di Solok, Jadi Lulusan Terbaik Akpol 2019...

Diberi pekerjaan

Ia mengungkapkan, sejak sang suami dilanda kecelakaan berat itu, begitu banyak duka yang harus ia alami. Tetapi, hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia tetap menjaga sang suami penuh tulus. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com