Namun tidak tahu penyebabnya, tiba-tiba Sarmon mengalami kebutaan dan Mesinem lumpuh total.
Menurut Sutarmi, banyak warga yang membantu Miratun lantaran tidak tega melihat merawat ketiga saudaranya sendirian.
Apalagi umur Miratun makin hari makin bertambah dan kondisinya fisiknya makin renta. “Terkadang ada yang datang hanya memberi makan siang saja,” katanya.
Bagi Sutarmi, Miratun merupakan sosok yang handal mengelola keuangan. Bantuan yang diberikan warga tidak serta dihabiskan dalam waktu pendek.
Miratun mampu mengatur bantuan berupa makanan atau bahan makanan bisa mencukupi kebutuhan makan bagi tiga saudaranya dalam waktu sepekan.
Ia menambahkan sejatinya Miratun memiliki lahan pertanian. Namun lantaran keterbatasan fisik, Miratun menyewakan lahannya itu kepada orang lain.
Pembagiannya, ia mendapatkan seperempat dari hasil panen.
Baca juga: Kisah Miris Guru di Banten Tinggal di WC Sekolah Bersama Suami dan 2 Anaknya
Miratun acapkali bertamu ke rumahnya untuk sekedar numpang nonton televisi. Maklum, di rumah Miratun, tidak ada televisi dan barang elektronik mahal lainnya.
Di dalam rumah sederhana Miratun, hanya ada beberapa lampu bolam berdaya kecil. “Mbah Miratun sering ke sini untuk nonton siaran di televisi,” kata Sutarmi.
Saat bertamu ke rumahnya, Miratun mengunci pintu rumahnya dari luar agar tiga saudaranya tidak pergi meninggalkan rumah.
Hubungan bermasyarakat Mbah Miratun pun dinilai baik lantaran tidak pernah menyusahkan warga sekitar.
Sementara Kateni, salah satu sesepuh Dusun Gupak Warak (daerah bersebelahan Dusun Kayen) menyatakan banyak warga di Desa Krebet mengalami keterbelakangan mental.
Warga menduga, banyaknya warga mengalami keterbelakangan mental karena faktor keturunan.
“Di dusun saya ada sekitar sepuluh warga yang idiot. Kalau kasus seperti ini kebanyakan karena pernikahan sedarah,” kata Kateni.
Namun untuk generasi saat ini, kata Kateni, tidak lagi ditemukan kasus anak yang mengalami keterbelakangan mental.
Warga yang mengalami keterbelakangan mental rata-rata generasi kelahiran sebelum tahun 1980.
Baca juga: Kisah Naga, Bocah Kelas 3 SD Mengemis untuk Ibu yang Lumpuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.