Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Unik Warga Madura Saat Gerhana Bulan, Bangunkan Ternak dan Pepohonan

Kompas.com - 17/07/2019, 06:25 WIB
Taufiqurrahman,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com – Warga di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, ikut menikmati terjadinya gerhana bulan yang terjadi pagi ini, Rabu (17/7/2019).

Mereka membangunkan anak-anaknya yang sedang tidur, untuk menyaksikan langsung peristiwa langka tersebut. Selain membangunkan orang tidur, ada tradisi lain yang dilakukan warga.

Tradisi itu di antaranya, membangunkan hewan ternak yang tidur dan memukul-mukul pepohonan yang juga dianggap sedang tidur.

Seperti yang dilakukan Muslimah, warga Dusun Sumber, Desa Lancar, Kecamatan Larangan. Setelah mengetahui gerhana bulan, Muslimah keluar rumah, kemudian membangunkan ternak kambing dan ayam di kandangnya.

Baca juga: Weleng Wulang, Tradisi Suku-suku di NTT Sambut Gerhana Bulan yang Mulai Langka

 

Setelah memastikan semua hewan ternaknya bangun, Muslimah kemudian membangunkan beberapa pepohonan yang ada di depan rumahnya.

"Kalau membangunkan ayam dan kambing, cukup dipukul dinding kandangnya saja. Kalau pepohonan, yang kecil bisa digoyang-goyang rantingnya. Sedangkan pohon yang besar, harus dipukul dengan kayu," ujar Muslimah, saat ditemui di halaman rumahnya sambil menyaksikan gerhana bulan.

Tradisi itu, menurut Muslimah, sudah ada sejak dirinya masih kecil dan terus dilestarikan hingga sekarang.

Orang tua dan kakek neneknya, juga melakukan tradisi yang sama. Bahkan, dulu sampai pukul-pukul kentongan tengah malam.

"Kalau dulu, ramai orang pukul kentongan. Bahkan disiarkan melalui pengeras suara di surau-surau dan masjid agar masyarakat bangun dan membangunkan ternak serta pepohonan," imbuh Muslimah.

Baca juga: Nenek Tukang Pijat Ini Tiba-tiba Dapat Uang Rp 15 Juta saat Gerhana Bulan

Tradisi yang mulai punah

Perempuan paruh baya ini melihat, tradisi seperti itu sudah mulai punah. Kesibukan orang-orang untuk membangunkan ternak dan pepohonan sudah banyak tidak dilakukan oleh warga.

Entah apa faktornya, Muslimah juga tidak tahu. Padahal, ada pesan dan makna tersirat dari tradisi tersebut.

"Kata kakek saya, gerhana bulan itu terjadi karena perasaan sakitnya bulan atas meninggalnya keturunan nabi. Maka seluruh mahluk, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan harus dibangunkan untuk ikut merasakan duka pula," ungkapnya.

Lain lagi bagi Maskur, warga Desa Montok, Kecamatan Larangan. Menurut Maskur, membangunkan hewan ternak dan pepohonan saat gerhana bulan, agar ternak tidak mudah diserang penyakit dan semakin mudah beranak-pinak.

Kalau membangunkan pepohonan, agar yang tidak pernah berbuah lekas berbuah, dan yang berbuah sedikit bisa berbuah banyak.

Baca juga: Warga Gunung Kidul Meriahkan Gerhana Bulan Sambil Mainkan Lesung

Amiruddin, salah satu tokoh agama mengatakan, dalam Islam tidak dikenal adanya tradisi membangunkan hewan ternak dan pepohonan dengan maksud dan tujuan tertentu.

Yang ada, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan salat gerhana bulan di rumahnya masing-masing.

Selain itu, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak kalimat-kalimat bagus, seperti salawat dan membaca Al Quran.

"Selama tradisi itu tidak melanggar syariat, dibiarkan saja. Tapi, agama menganjurkan agar ketika gerhana bulan, shalat gerhana bulan saja, tidak perlu melakukan yang aneh-aneh," ungkap Amiruddin. 

Baca juga: Saat Gerhana Bulan, Kesenian Tradisional Ini Pun Tarik Perhatian Warga Makassar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com