Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Siswa Baru Mendaftar ke SD Negeri di Gunungkidul Ini...

Kompas.com - 16/07/2019, 13:18 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Seperti sekolah dasar pada umumnya, SDN Wonolagi, Desa Ngleri, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, memulai hari pertama sekolah pada Senin (15/7/2019). Ketika masuk ke ruang kelas 1 sudah ada empat orang siswa yang duduk sambil belajar membaca, namun mereka merupakan siswa kelas 2. 

Untuk tahun ini, SDN Wonolagi memang tidak mendapatkan murid kelas I, karena di dusun Wonolagi memang tidak ada anak usia 7 tahun atau lulusan TK.

Ketika Kompas.com  berkunjung pada hari Selasa (16/7/2019) seluruh siswa yang berjumlah 11 orang sedang ada pelajaran di ruang perpustakaan. Mereka asyik membaca meski diselingi gurauan khas anak kecil, sesekali guru pengampu memperingatkan mereka untuk kembali membaca buku di hadapannya. 

Baca juga: Kisah Naga, Bocah Kelas 3 SD Mengemis untuk Ibu yang Lumpuh

Adapun ke-11 siswa ini merupakan siswa kelas II sebanyak 4 orang, Siswa kelas III sebanyak 3 orang, dan kelas IV sebanyak 4 orang.

Setelah beberapa jam belajar di ruang perpustakaan, mereka kembali ke kelas masing-masing untuk belajar sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Suasana dalam kelas pun tampak sederhana, hanya ada meja kursi dan papan tulis. Tak ada proyektor ataupun komputer bagi siswa. 

SD N Wonolagi merupakan sekolah khusus yang diperuntukkan bagi warga dusun Wonolagi. Sebab, wilayah ini merupakan dusun terpencil dan jauh dari pusat kota.

Wilayah paling dekat adalah Desa Ngleri harus melewati hutan sejauh 5 kilometer ke selatan, untuk sisi utara ke Dusun Pengkok, Patuk.

November 2017 lalu, saat badai cempaka, jembatan gantung rusak parah dan hingga kini belum diperbaiki. Total ada 47-an kepala keluarga yang ada di Dusun Wonolagi.

"Sekolah ini merupakan sekolah khusus karena dusun ini jauh dari sekolah dasar lain. Kalau mau ke Patuk harus melewati sungai, sementara mau ke Ngleri harus melewati hutan sejauh kurang lebih 5 km," kata Kepala Pengampu Sekolah SDN Wonolagi Karetas Marsudiyanti, yang ditemui Selasa (16/7/2019)

Sekolah tersebut sempat tidak menerima siswa baru karena akan di-regrouping dengan sekolah lain pada tahun 2014 dan 2015. Namun, waktu itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X tidak memperbolehkan. Berapa pun siswa di sekolah ini harus tetap dilaksanakan belajar mengajar.

"Tahun ini tdak ada murid baru karena memang tidak ada yang mendaftar," ucapnya. 

Meski memiliki murid sedikit, tak ada perbedaan cara pengajaran dengan sekolah lainnya. Namun diakuinya untuk sarana dan prasarana memang minim, misalnya tidak ada proyektor untuk tambahan pembelajaran. 

Untuk anggaran sendiri memang hanya mengandalkan Bantuan Operasional Siswa (BOS), padahal hal itu berkaitan dengan jumlah siswa. 

Artinya, jika siswa sedikit maka penerimaan anggaran pun minim. Ada empat orang guru yang mengampu sekolah tersebut, sehingga cukup layak untuk pembelajaran.

"Untuk fasilitas kami banyak dibantu dari mahasiswa atau lembaga swasta untuk peralatan," katanya.

Baca juga: Cerita Orangtua Murid SD di Hari Pertama Sekolah: Rebutan Dapat Bangku Depan hingga Khawatir Isu Penculikan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com