Setelah melewati pengobatan setahun, kondisi Isud membaik. Jari dan telapak tangannya yang sulit digerakkan kini lebih lentur.
Keberhasilan perawatan ini, kata Isud, sulit dicapai tanpa peran sang istri. Dialah yang setia menemani di segala situasi.
Sang istri, Eri, mengaku perlu kesabaran dan semangat besar untuk lepas dari kusta. Misalnya saat suaminya harus meminum obat setiap hari selama setahun.
“Kalau bosan minum obat, saya bilang kan (bapak) ingin kerja lagi jadi harus sehat,” ucapnya.
Eri pun menceritakan, saat awal suaminya divonis mengidap kusta, dirinya setiap hari harus memijat Isud. Selain untuk mengurangi rasa sakit, tapi juga menguatkan semangat hidup suaminya itu.
“Rasa sakitnya bisa muncul kapan saja. Kadang pas ngantuk-ngantuk-nya jam 3 (dini hari) harus mijit,” tuturnya.
Eri mengaku, sebagai manusia rasa lelah kerap menghinggapi dirinya. Namun, ia tidak pernah lepas berdoa agar suaminya bisa kembali sehat dan bekerja
Baca juga: Perjuangan Seorang Buruh Bangunan Sekolahkan Anaknya hingga Masuk Teknik Nuklir UGM
Dalam kondisi sakit, kedua anaknya, Dedi Sumarna (37) dan Abas Basuki (30), setiap hari membantu kebutuhan orangtuanya.
Namun, Isud dan Eri, tak lantas berpangku tangan saja. Mereka berdua tetap bekerja dengan berjualan tanaman pakcoi.
“Pakcoi ditanam di polybag, ukuran (kebun) 4x6 meter,” kata Eri.
Tanaman pakcoi ini bisa dipanen setiap 2 pekan sekali. Sekali panen menghasilkan 15 kilogram. Untuk saat ini, hasilnya cukup untuk membayar listrik.
“Mudah-mudahan ada bantuan dana untuk memperluas kebun pakcoi,” tuturnya.
Baca juga: Bahas Pengganti Taufik Kurniawan, Ketua DPR Akan Panggil Pimpinan Fraksi PAN
Penyebabnya ialah mycrobacterium leprae yang pertama-tama menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikula endotelial, mata, otot, tulang, dan testis.