Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Jenis Satwa Ini Akan Temani Komodo di Pulau Ontoloe NTT

Kompas.com - 15/07/2019, 06:57 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Khairina

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Sebanyak enam satwa komodo yang gagal diselundupkan dan diamankan penyidik Polda Jawa Timur, dipulangkan ke Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Enam satwa komodo itu tiba Riung, Kabupaten Ngada, Minggu (14/7/2019) sore, setelah semalam berada di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.

Kedatangan satwa langka itu disambut dengan upacara adat masyarakat Riung di halaman kantor Kecamatan Riung.

Baca juga: Tiba di Flores, 6 Komodo yang Gagal Diselundupkan Disambut Secara Adat

Setelah upacara adat, komodo yang dibawa dengan mobil patroli kehutanan itu kemudian diinapkan semalam di Kantor Resor KSDA wilayah Riung.

Pada Senin (15/7/2019) pagi, hewan itu akan dilepasliarkan ke Pulau Ontoloe, yang masuk ke dalam kawasan 17 Pulau Riung, Kabupaten Ngada.

Camat Riung Alfian mengatakan, masyarakat di wilayah Riung, menyebut satwa komodo dengan nama 'Mbou'.

Alfian menyebut, di Pulau Ontoloe, selain komodo, ada sejumlah spesies lain yang juga berada di pulau itu yakni, puluhan ribu kelelawar, burung rajawali dan monyet ekor panjang.

"Ini kebanggaan kita bersama warga Riung, Ngada, dan NTT bahwa selain Pulau Komodo dan Pulau Rinca, di bagian utara Pulau Flores (Riung), ada satwa kebanggaan kita bersama yakni Mbou atau komodo,"ujar Alfian, dalam sambutannya di aula kantor Camat Riung.

Di tempat yang sama, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Ngada Theodosius Yosefus Nono, berterima kasih kepada semua pihak yang telah berhasil membawa kembali satwa itu ke habitat aslinya.

Nono pun meminta kepada tokoh adat, tokoh masyarakat, pemerintah dan masyarakat umum, agar menjaga satwa itu agar tidak punah.

"Ini satu bentuk kesadaran bahwa ketika ekosistem terganggu, tentu kehidupan manusia akan terganggu. Bagi saya, dengan upacara ini tidak hanya merasa bangga karena merasa satwa ini telah kembali, tapi kita ingin semua masyarakat merasa memiliki satwa ini,"ujarnya.

Satwa komodo ini, lanjut Nono, sangat rentan terhadap kepunahan. Oleh karena itu, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemerintah agar punya tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan satwa ini.

Baca juga: 6 Komodo yang Gagal Diselundupkan, Tiba Kembali di Flores, NTT

Sementara itu, Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT Timbul Batubara, mengaku bangga dengan penyambutan kepulangan komodo dengan ritual adat.

"Kami bangga bahwa di acara adat ini, kita mengungkap ada warisan kita yang hilang dan datang lagi. Ini sesuatu yang membanggakan kita semua,"ujar Timbul.

Satwa komodo ini, lanjut Timbul, merupakan endemik dan harta warisan serta kekuatan adat leluhur masyarakat Riung, karena tidak dimiliki di tempat lain.

"Tidak sembarang orang mendapat warisan seperti ini. Gubernur NTT sudah bilang bahwa, komodo seperti ini tidak ada di dunia lain, sehingga orang ingin memiliki satwa ini," kata Timbul.

"Kalau punah, maka hancur kita karena tidak ada lagi yang bisa kita banggakan. Karena itu mati kita jaga bersama komodo, termasuk pakan komodo," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com