DEMAK, KOMPAS.com - “Nek sedekah sing ikhlas saja pilih-pilih. Sak nduwene wenehna kanggo ibadah (Kalau sedekah harus ikhlas jangan pandang bulu, semampunya disumbangkan untuk ibadah)".
Kalimat bertuah itu terucap dari bibir Mbah Yatin (85), salah satu penerima bantuan bedah rumah yang diprakarsai oleh TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-105 tahun 2019, di Desa Kalikondang, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu (13/7/2019).
Sejak muda, nenek bercucu enam belas ini memang menerapkan perilaku rajin sedekah kepada siapa pun yang membutuhkan, meski kehidupannya sendiri jauh dari mapan.
Almarhum suaminya hanya seorang kuli pelabuhan yang tak mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang tinggi.
Baca juga: Rumah Rusak karena Banjir di Balekambang Akan Diperbaiki Lewat Program Bedah Rumah
Tiga dari empat anaknya bahkan hanya sempat mengenyam pendidikan dasar sampai kelas tiga.
Hanya satu anak lelaki yang berhasil mengantongi ijazah SD. Itu pun ijazahnya raib beserta barang berharga lain saat banjir bandang melanda wilayah Demak, sekitar dua puluh tahun lalu.
Mbah Yatin duduk mencangkung di depan pawon (perapian tempat memasak) di luar rumah yang dibuat secara darurat.
Wajah perempuan renta itu terus berbinar, mengawasi rumahnya yang tinggal kerangka, sebab yakin sebentar lagi akan tenang tinggal di rumah yang lebih layak huni dibandingkan sebelumnya.
“Alhamdulillah Mas, niki mungkin jawabe Gusti Allah nggih. Kula kaget dikabari griyane ajeng dibangunke Pak Tentara. Lha nggih seneng, nek jawah boten wedi bocor kalih banjir. (Alhamdulillah Mas, ini mungkin jawaban Allah. Saya kaget dapat kabar rumah akan dibangun Pak Tentara. Ya senang, kalau hujan tidak takut bocor dan banjir)," kata Mbah Yatin.
Rumah Mbah Yatin tepat berada di sebelah parit penuh sampah yang jika musim hujan pasti mampet dan air menggenang di tempat tinggalnya yang rapuh.
Anak-anak Mbah Yatin tinggal jauh dari rumahnya. Saat bedah rumah dilakukan Sabtu,(13/7/2019), mereka berkumpul memberikan dukungan kepada ibunya.
Menurut mereka, bedah rumah ini mungkin balasan dari Yang Maha Kuasa atas amalan yang rutin diberikan oleh sang ibu.
Meski kebiasaan sedekahnya sering dicela oleh tetangga yang menganggap Mbah Yatin orang tak mampu, tapi perempuan bercicit sebelas ini tetap teguh.
Menurutnya, siapapun berhak untuk sedekah meski secara kasat mata hidupnya sendiri serba kekurangan.
“Sepinten pinten arta teng dompet nggih tak lebetke kotak masjid utawi tiyang tiyang sing butuh. (Seberapapun uang di dompet ya saya masukkan ke kotak masjid atau orang-orang yang lebih membutuhkan)," ungkap Mbah Yatin, tersenyum sumringah.
Baca juga: Cara Lain Rayakan May Day Selain Demo: Pengusaha Bedah Rumah Buruh di Kulon Progo