KOMPAS.com - "Bagi kami ini mukjizat luar biasa. Kami hanya balas dengan doa saja untuk semuanya," ujar Yoventa dengan wajah semringah,
Hari itu, Jumat (12/7/2019), Yoventa Timbu (35) dan suaminya Quido Fan Areso (39) mendapatkan kunjungan dari staf Sekretariat Presiden (Setpres) RI, Adun Rusmawan di Biara Susteran PACR, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Alok, Kota Maumere.
Adun Rusmawan menyerahkan santunan sebesar Rp 10 juta untuk suami istri yang sama-sama patah kaki karena kecelakan kendaraan Januari 2019 lalu.
Uang sebesar Rp 10 juta tersebut dimasukkan dalam sebuah tas kecil yang ada dalam pegangan Quido.
Baca juga: Suami Istri Patah Kaki di Flores Tak Sangka Dapat Kejutan dari Jokowi
Santunan tersebut diberikan setelah kunjungan kerja Presiden Jokowi ke tanah NTT tepatnya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat selama dua hari sejak Rabu (10/7/2019).
"Tadi itu dibilang, uang ini untuk perawatan kaki saya dan istri. Begitu pesan dari Pak Jokowi," sambung Quido.
Selain menyerahkan uang santunan, menurut Quido, staf Setpres RI juga menanyakan kondisi kesehatan serta melihat rumah tempat tinggal mereka.
Suami istri asal Kabupaten Sikka tak menyangka Presiden Jokowi peduli dengan apa yang menimpa mereka.
Baca juga: Akhirnya, Suami-Istri yang Patah Kaki di Flores Tak Lagi Gunakan Tongkat
Saat mengendarai motor di Kabupaten Ende, Flores, NTT, Quido dan istrinya ditabrak mobil yang mengakibatkan kaki suami istri itu patah.
"Waktu itu kami berobat di RSUD Ende tetapi tidak lama. Saat saya sadar, kami langsung keluar dari rumah sakit dan langsung pulang ke sini, Maumere," kata Quido kepada Kompas.com, Sabtu (6/7/2019).
Mereka kemudian tinggal di gubuk peninggalan orangtua Quido di Dusun Ahu Wair, Desa Nanga Tobong, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores. Selama puluhan tahun gubuk itu dalam keadaan kosong dan tidak ada barang di dalamnya.
Baca juga: Curhat Suami-Istri yang Patah Kaki di Flores: Terima Kasih, Kami Sudah Bisa Tidur Nyaman
Gubuk yang ditinggali suami istri dan dua anaknya itu berukuran 5x5 meter, berdinding bambu, berlantai tanah, dan beratap seng tua yang sudah berlubang.
Mereka tidur di tanah beralasan anyaman bambu. Sementara pakaian berserakan di bawah karena mereka tidak memiliki lemari
Karena patah kaki mereka tidak bisa bekerja dan tidak memiliki biaya untuk berobat ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kaki mereka. Untuk berdiri keduanya harus menggunakan bantuan tongkat kayu.