Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anak-anak yang Dibesarkan Ibu di Penjara: Tak Ada Pilihan hingga Semua Pria Dipanggil Bapak (1)

Kompas.com - 13/07/2019, 07:57 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.comPenjara jelas bukan tempat yang ideal untuk membesarkan anak. Namun sebanyak 12 anak di bawah usia dua tahun tinggal di balik jeruji Lapas Perempuan Malang, Jawa Timur, bersama ibu mereka yang menjadi narapidana.

Bocah laki-laki itu berdiri di samping pintu berjeruji, berusaha untuk keluar. Di belakangnya tampak petugas perempuan sigap membimbing. Sementara di belakang mereka, seorang perempuan sedang menggendong bayi, tampak melongok dari balik pintu, ingin tahu dengan apa yang terjadi di dunia luar.

Pada saat-saat tertentu, pintu berterali besi ini dibuka agar anak-anak yang tinggal di balik jeruji, bisa menikmati udara segar dan bermain layaknya anak-anak kebanyakan.

Damar (bukan nama sebenarnya), bocah laki-laki berusia 17 bulan itu, sejak lahir tinggal di dalam Lapas Wanita Kelas IIA Sukun di Malang, Jawa Timur, bersama ibunya yang menjadi narapidana karena terjerat kasus narkoba.

Baca juga: Fakta di Balik Seorang Ibu Dijambret Anaknya Sendiri, dari Kesal hingga Sudah 13 Kali Jual Motor

Dia dan 11 anak lainnya di bawah usia dua tahun terpaksa tinggal dengan ibu mereka di penjara. Oleh negara, mereka disebut sebagai 'anak bawaan'.

Ibu Damar, YS, yang sudah menjalani 20 bulan masa tahanannya di penjara, mengaku terpaksa mengasuh Damar di balik jeruji.

Namun, menurutnya, pilihan membesarkan anak di penjara jauh lebih baik ketimbang menitipkan anak kepada keluarga.

"Memang kasihan kalau anak tinggal di sini. Tapi dengan kebutuhan khusus anak, seperti ASI, [diasuh] di sini, biar ada temannya buat mainan, ada yang jagain," ujar YS kepada BBC News Indonesia.

Sehari-harinya, perempuan berusia 21 tahun itu tinggal bersama Damar dan ibu-ibu lain yang juga terpaksa harus mengasuh anak mereka di dalam penjara.

Ruang ibu dan anak yang terletak di blok satu hanya memiliki daya tampung maksimal 10 ibu dan anak. dok BBC Indonesia Ruang ibu dan anak yang terletak di blok satu hanya memiliki daya tampung maksimal 10 ibu dan anak.

Ruang ibu dan anak yang terletak di blok satu hanya memiliki daya tampung maksimal 10 ibu dan anak.

Namun kini, terdapat 12 anak yang tinggal dengan ibu mereka di Lapas Perempuan Malang, jumlah terbanyak sepanjang sejarah lapas khusus perempuan yang mulai beroperasi sejak 1969.

Salah satu teman bermain Damar adalah Upik (bukan nama sebenarnya). Bocah perempuan itu sudah delapan bulan menghabiskan waktu di dalam penjara.

Ibunya, KF, yang berasal dari Sidoarjo, mengatakan dia mengetahui dirinya hamil ketika ditahan oleh polisi karena kasus narkoba. Pada saat itu, dia sudah hamil dua bulan.

Dia lantas divonis penjara empat tahun satu bulan.

"Kita jalani di [Lapas] Medaeng dan akhirnya ketika hamil besar di Medaeng nggak ada fasilitas ibu dan anak, jadi kita ditaruh di sini, di Malang," jelasnya.

Lapas Perempuan Malang memang menjadi rujukan bagi tahanan dan napi perempuan yang hamil dan membesarkan anaknya di penjara. dok BBC Indonesia Lapas Perempuan Malang memang menjadi rujukan bagi tahanan dan napi perempuan yang hamil dan membesarkan anaknya di penjara.

Lapas Perempuan Malang memang menjadi rujukan bagi tahanan dan napi perempuan yang hamil dan membesarkan anaknya di penjara.

Kepala Lapas Kelas IIA Malang, Ika Yusanti, mengatakan saat ini Lapas Perempuan Kelas IIA Malang yang berdaya tampung 164 orang, diisi 668 orang, atau lima kali lipat dari kapasitas.

"Memang tidak semuanya warga Malang, warga Malang itu kisaran hanya 150an, tapi karena ini satu-satunya lapas perempuan di Jawa Timur maka penghuni kami adalah rujukan lapas-lapas yang ada di Jawa Timur," ujar Ika.

Kementerian Hukum dan HAM mencatat, saat ini ada 67 'anak bawaan' yang tersebar di seluruh Indonesia.

 

Penasaran dengan dunia luar

Dari 12 anak, Damar adalah anak yang paling lama menjalani hari-harinya di bui. Kini, saat usianya menginjak 17 bulan, dia selalu penasaran dengan dunia luar. dok BBC Indonesia Dari 12 anak, Damar adalah anak yang paling lama menjalani hari-harinya di bui. Kini, saat usianya menginjak 17 bulan, dia selalu penasaran dengan dunia luar.
"Kesehariannya seperti biasa. Kalau bangun subuh gitu kita mandiin. Kadang habis itu kita kasih makan, kita ajak main-main. Seperti biasa lah di luar lah gimana kalau kita merawat anak. Sama aja kok di sini," jawab YS ketika ditanya bagaimana mengasuh anaknya di dalam penjara sehari-hari.

Dari 12 anak, Damar adalah anak yang paling lama menjalani hari-harinya di bui. Kini, saat usianya menginjak 17 bulan, dia selalu penasaran dengan dunia luar.

Di dalam penjara, dia pun tidak familiar dengan figur ayah yang jarang ditemuinya. Imbasnya, tiap kali dia melihat pengunjung atau petugas pria, selalu memanggil mereka dengan sebutan 'bapak'.

"Terus kalau ada sesuatu yang mungkin dia nggak tahu, ditanya, walaupun pakai isyarat bahasa bayi," kata YS.

Baca juga: Menyesal, Pembunuh Taruna ATKP Sujud di Depan Ibu Korban

Tak bisa dipungkiri, tutur YS, membesarkan anak di dalam penjara tidaklah mudah. Apalagi, dirinya harus berbagi dengan ibu-ibu lain yang juga mengasuh anak mereka dalam satu ruangan.

"Ya kalau ramai sih iya, mungkin biasa kalau bayi kecil-kecil. Karena di sini yang paling besar cuma Damar. Itu mungkin dia sering usil sama adik-adiknya, ngejailin," kata dia.

Karena keberadaan mereka melebihi kapasitas ruang ibu dan anak, sebagian terpaksa tinggal sementara di poliklinik yang letaknya tak jauh dari ruang ibu dan anak. Salah satunya D, narapidana perempuan yang dipindahkan ke Lapas Malang dari Mojokerto.

'Sengsara di dalam perut, masa anaknya di luar disia-siakan'

Sesuai peraturan, anaknya harus dipisah dengan sang ibu saat ia tepat berusia dua tahun nantidok BBC Indonesia Sesuai peraturan, anaknya harus dipisah dengan sang ibu saat ia tepat berusia dua tahun nanti
D baru saja melahirkan anaknya tiga pekan lalu. Jati (bukan nama sebenarnya), adalah anak ketiganya yang berjenis kelamin laki-laki.

Siang itu, Jati tengah tertidur pulas, sementara ibunya mengelus-elus anaknya sambil sesekali mengipasinya.

"Sebenarnya ini mau dibawa pulang tapi saya juga kasihan, kan nggak nyusu, nanti kalau nggak minum ASI gimana. Saya juga dosa, udah anaknya sengsara di dalam perut, masa anaknya di luar disia-siakan?" ujar D mengawali kisahnya.

D mengaku tertekan harus mengasuh Jati di dalam penjara. Namun dia tidak memiliki pilihan lain karena suaminya kini kerepotan mengasuh dua anak mereka yang lain.

"Sebenarnya ya nggak mau melahirkan di sini, tapi bagaimana lagi, memang terpaksa. Ya dijalani saja dengan ikhlas biar bisa cepat pulang," tuturnya.

Baca juga: Kisah Bayi Kembar Siam di Bali, Miliki 2 Jantung dan Dapat Sumbangan Rp 100 Juta

Namun, harapan D itu masih lama akan tercapai. Pasalnya dia harus menghabiskan vonis lima tahun yang dijatuhkan kepadanya di dalam penjara.

"Lama juga vonisnya di sini, lima tahun. Kalau saya sudah bisa ngerawat anaknya dua tahun, nanti kan tinggal tiga tahun saja. Tapi kan sudah bisa merawat anaknya," kata dia.

Sesuai peraturan, anaknya harus dipisah dengan sang ibu saat ia tepat berusia dua tahun nanti.

Namun, D mengaku tak rela harus berpisah dengan anaknya.

"Ya jelas keberatan, kan soalnya ini anak laki-laki satu-satunya. Kasihan," ujarnya sambil menitikkan air mata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com