Sejumlah kuli gendong tiba tiba berhambur ketika melihat seseorang membawa nasi bungkus dan membagikan kepada mereka.
Beruntung Mirah mendapat sebungkus nasi yang berlauk ikan untuk dibawa pulang.
“Lumayan kalau dapat nasi bungkus, bisa sarapan. Kalau enggak ada yang bagi ya nunggu sampai di rumah baru bisa makan,” imbuhnya.
Jika Mirah bisa mendapatkan Rp 30.000 sehari, kuli gendong seperti Mbah Jumirah dan Mbah Paerah dipastikan lebih sedikit.
Mbah Jumirah mengaku tidak bisa memastikan pendapatannya sehari. Jika bertemu dengan pelanggan yang baik hati dia bisa membawa pulang uang Rp 20.000 rupiah ke rumah.
“Kalau pelanggan yang bagus kadang dikasih Rp 5.000 sekali gendong. Umumnya memang upahnya Rp 2.000 sekali gendong,” katanya.
Baca juga: Kisah Kakek-Nenek di Jombang Naik Haji, Kumpul Uang di Bawah Kasur dari Jualan Bubur
Dari sebagain yang menjalani pekerjaan sebagai buruh gendong memang bukan sebagai pekerjaan utama.
Beberapa di antaranya turun ke pasar setelah pekerjaan membantu suami di sawah telah selesai. Rukiyem salah satunya.
“Kalau musim kemarau begini tidak ada yang dilakukan di sawah. Ya jadi kuli daripada di rumah,” ujarnya.
Meski terdengar samar saat diajak bicara oleh Kompas.com, Mbah Paerah mengaku akan tetap bekerja sebagai kuli gendong di pasar Wage Magetan selama kakinya bisa melangkah.
“Iya, mau kerja terus,” ujarnya terseyum lebar.
Baca juga: Kisah Mahasiswi Nyambi Jadi Sopir Taksi Online untuk Biayai Kuliah, Akhirnya Lulus Cum Laude
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.