Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang ke NTT, 28 Ekor Kura-Kura Leher Ular Akan Disambut Upacara Adat

Kompas.com - 11/07/2019, 22:34 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Khairina

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Sebanyak 28 ekor kura-kura leher ular, dalam waktu dekat akan segera dipulangkan ke habit aslinya di Danau Peto, Desa Maubesi, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal menggelar upacara adat saat pemulangan 28 kura-kura leher ular (Chelodina mccordi) dari kebun binatang di Singapura.

Upacara adat adat tersebut menjadi pedoman dalam pengelolaan kura-kura bersama ekosistemnya untuk mendukung perlindungan satwa langka itu.

Baca juga: 6 Fakta Kura-kura Leher Ular Punah di Pulau Rote, Akibat Perburuan Liar hingga Dipulangkan dari Singapura

Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan BBKSDA NTT Imanuel Ndun mengatakan, pihaknya akan mengadopsi kearifan lokal yang berlaku di daerah setempat, seperti menyembelih kerbau yang dagingnya akan dimakan bersama oleh seluruh undangan.

"Misalnya daging kerbau dimakan bersama warga satu kampung, jika nanti ada yang melanggar akan dikenai denda adat satu ekor kerbau," ujar Imanuel Ndun kepada sejumlah wartawan di Kupang, Kamis (11/7/2019).

Menurut Ndun, upacara adat ditempuh lantaran puluhan kura-kura leher ular yang pernah dilepasliarkan pada 2009 di Danau Peto, saat ini tidak ditemukan lagi.

Beruntung, sekitar 1970-an saat kura-kura leher ular belum ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi, kura-kura tersebut dijual bebas ke beberapa daerah termasuk ke luar negeri.

Kondisi tersebut yang belakangan membuat populasi kura-kura di habitatnya punah.

"Orang-orang di luar negeri berhasil mengembangkannya, tetapi mereka punya komitmen mengembalikan sebagian atau 10 persen kembali ke habitatnya," ujar Ndun.

Ndun menyebut, kura-kura dikembalikan ke alamnya untuk mempertahankan eksistensi satwa tersebut.

Pada 2009 silam, kura-kura leher ular dilepasliarkan oleh El Nusa, juga merupakan bagian dari komitmen mengembalikan 10 persen kura-kura yang dikembangbiakan ke alam.

Dia menduga, kura-kura yang dilepasliarkan itu punah karena dimakan predator seperti ular, ikan gabus, dan dampak kekeringan.

Baca juga: Kura-Kura Leher Ular Asal Rote yang Nyaris Punah Siap Dipulangkan dari Singapura

Namun, sesuai penelitian, di Rote masih ada tiga danau yang saat ini cocok untuk pengembangbiakan kura-kura leher ular yakni Danau Peto serta dua danau di Kecamatan Landu Leko yakni Danau Ledulu dan Lendo Oen.

Di tempat yang sama, Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara mengatakan, Gubernur NTT Viktor Laiskodat telah mengeluarkan keputusan tentang Kawasan Ekosistem Esensial Lahan Basah Sebagai Habitat Kura-Kura Leher Ular di tiga danau tersebut sejak 18 Juni 2019.

Dia menyebutkan saat ini tengah dilakukan negosiasi pemulangan kura-kura leher ular.

"Nanti dari Singapura, kura-kura dikarantina dulu di Kupang," ujarnya.

Sesi berikutnya, sebut Timbul, yakni memeriksa kesehatan kura-kura. Jika sehat, maka kura-kura dipindahkan lokasi yang akan dibangun mirip seperti habitat aslinya.

Selama proses tersebut lanjut Timbul, akan dipantau oleh dua pakar kura-kura dari Wildlife Conservation Society (WCS), termasuk mengunjungi habitat kura-kura di Pulau Rote.

"Proses ini agar jangan terjadi lagi kura-kura mati dan hilang," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com