Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Suami Istri asal Subang Lawan Kusta di Tengah Stigma Kutukan

Kompas.com - 09/07/2019, 10:23 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SUBANG, KOMPAS.com — Isud Sudana (61) dan Eri (55) bertemu tanpa sengaja di Kampung Cicadas, Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, 1980 silam.

Saat itu, Isud yang diajak jalan-jalan oleh teman kerjanya bertemu Eri. Setahun berselang, benih-benih cinta di antara mereka pun berujung di pelaminan.

Kini, setelah 38 tahun menikah, mereka dikaruniai 2 anak, Dedi Sumarna (37) dan Abas Basuki (30).

Manis dan pahitnya hidup mereka lalui bersama. Begitu pun saat sang suami tidak mampu bekerja sebagai kontraktor konstruksi karena sakit yang dideritanya.

“Tahun 2014, sok paregel (suka pegal-pegal) di tangan hingga kaki,” ujar Isud kepada Kompas.com di Subang, Minggu (7/7/2019).

Baca juga: Perjuangan Seorang Buruh Bangunan Sekolahkan Anaknya hingga Masuk Teknik Nuklir UGM

Lama-kelamaan rasa pegal yang dirasakan semakin sering dan kuat. Ia pun kerap meriang ketika kelelahan. Puncaknya ketika tangannya sulit melakukan aktivitas seperti biasa.

Bahkan, untuk makan ia harus menggunakan sendok, jari tangannya tak bisa mengambil makanan. Begitu pun saat minum, harus menggunakan gelas berkuping.

“Kalau pegang gelas biasa, jatuh dan pecah. Kesannya jadi pemarah dan emosianal, padahal memang susah saja,” katanya.  

Isud ditemani sang istri akhirnya mencoba berbagai pengobatan, dari medis hingga alternatif. Bahkan, ia membeli produk MLM seharga Rp 2 juta, tetapi tidak menunjukkan hasil yang diharapkan.

Hingga ia dipertemukan dengan Etin Suprihatin, pelaksana program pemberantasan kusta Puskesmas Sukarahayu pada 2016. Tahun itu pula Isud baru mengetahui bahwa dirinya sakit kusta. Penyakit yang kerap dihinggapi stigma sebagai penyakit kutukan.

“Selama setahun saya harus minum obat sekali sehari. Saya juga ikut kelompok perawatan diri dengan merendam kaki, menggosok, kemudian mengoleskan (luka) dengan handbody sekali sehari,” ucapnya.

Setia mendampingi

Setelah melewati pengobatan setahun, kondisi Isud membaik. Jari dan telapak tangannya yang sulit digerakkan kini lebih lentur.

Keberhasilan perawatan ini, kata Isud, sulit dicapai tanpa peran sang istri. Dialah yang setia menemani di segala situasi. 

Sang istri, Eri, mengaku perlu kesabaran dan semangat besar untuk lepas dari kusta. Misalnya saat suaminya harus meminum obat setiap hari selama setahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com