KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mencabut peringatan dini tsunami pasca-gempa bermagnitudo 7,0 di Ternate pada hari Senin (8/7/2019).
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado, Edward Henry Mengko, pun mengimbau kepada warga yang mengungsi untuk kembali ke rumah masing-masing.
Seperti diketahui, gempa bumi bermagnitudo 7,0 yang mengguncang wilayah laut di sebelah barat Kota Ternate, membuat warga panik dan berlarian keluar rumah.
Sebagian warga juga memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setelah keluar peringatan dini tsunami.
Berikut ini fakta lengkapnya:
BMKG mencatat, hingga Senin (8/7/2019) pukul 00.54 WIB, ada 19 aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock pascagempa magnitudo 7 di Ternate.
BMKG terus memonitor perkembangan gempa bumi susulan dan tinggi muka air laut yang terdapat di 6 stasiun pasang surut yakni Bitung, Tobelo, Ternate, Taliabu, Jailolo, dan Xanana.
Sementara itu, BMKG telah mencabut peringatan dini tsunami pada Senin (8/7/2019) pukul 00.09 WIB.
"Sesuai prosedur, kami terus memonitor mengingat di sekitar episentrum di dasar laut ada beberapa gunung aktif dan batuan rapuh. Dikhawatirkan, getaran gempa bumi menyebabkan longsor. Kami juga berkoordinasi dengan PVMBG," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Baca juga: 19 Gempa Susulan Terjadi Pascagempa Magnitudo 7 di Ternate
Menurut catatan BMKG, gempa bumi tektonik magnitudo 7,0 terjadi pada Minggu (7/7/2019) pukul 22.08:42 di wilayah laut di sebelah barat Ternate.
Gempa itu berpotensi tsunami. Gempa tersebut berada di episenter 0,53 LU dan 126,18 derajat BT atau berlokasi di dasar laut kedalaman 49 km. Pusat gempa berada di 133 kilometer ke arah barat Ternate, Maluku Utara.
"Gempa ini memiliki mekanisme sesar naik (thrust fault) akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur," ujar Edward Henry Mengko.
Baca juga: Dalam Satu Jam, Terjadi 8 Gempa Susulan Pascagempa Magnitudo 7,0 di Ternate