Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Thoriq di Gunung Piramid, Ini Pesan untuk Para Pendaki

Kompas.com - 06/07/2019, 12:42 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Thoriq Rizky Maulidan, pendaki yang hilang di Gunung Piramid, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, ditemukan dalam keadaan meninggal dunia pada Jumat (5/7/2019).

Thoriq ditemukan di wilayah yang dikenal dengan nama "punggung naga" Gunung Piramid sejak dinyatakan hilang sejak 12 hari lalu.

Thoriq Rizky dan tiga temannya, Rizki, Syafril, dan Pungki, memulai pendakian pada Minggu (23/6/2019) pagi.

Mereka berencana melihat sunset di gunung yang berada dalam kawasan Pegunungan Hyang Argopuro dengan melewati jalur Tegal Tengah.

Akan tetapi, di tengah perjalanan, Syafril memilih behenti karena kelelahan dan menunggu di bawah, sementara tiga rekannya meneruskan pendakian.

Baca juga: Hoaks atau Fakta Sepekan, Video Diklaim Suara Thoriq hingga Ibu Lahirkan Bayi di Mobil

Pada sore hari, Thoriq dan dua rekannya turun.

Pungki mengatakan, saat itu Thoriq berjalan di depan dan mereka tidak bisa melihat  jelas karena wilayah di Gunung Piramid diselimuti kabut yang sangat tebal.

Saat tiba di bawah, Pungki dan Rizki kehilangan jejak Thoriq lalu melaporkan kejadian tersebut kepada warga sekitar.

Berkaca dari apa yang dialami Thoriq, anggota senior Mapala Universitas Indonesia Adi Seno Sosromulyono mengingatkan pendaki untuk mempersiapkan diri dengan matang sebelum melakukan pendakian.

Persiapan itu tak hanya fisik, tetapi juga pengetahuan mengenai gunung yang akan didaki.

"Lengkapi diri dengan pengetahuan navigasi, mitigasi, dan teknik pendakian," kata anggota Adi Seno Sosromulyono saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (6/7/2019).

Baca juga: [KLARIFIKASI] Video Diklaim Suara Minta Tolong Pendaki yang Hilang di Gunung Piramid

Adi Seno, yang juga Dewan Penasihat Asosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI), mengatakan, bagi para pendaki yang tidak terlalu mengetahui jalur gunung tersebut, dapat melakukan perjalanan dengan orang yang memang mempunyai kompetensi atau mountain leader.

"Pilihan lain ikut guide climb bersama pemandu pendaki kompeten," ujar dia.

Cuaca

Adi juga mengingatkan, pendaki harus bersiap dengan kondisi alam yang tak bisa diprediksi. Cuaca cerah saat mulai pendakian, bisa berubah tiba-tiba.

Seorang pendaki harus siap dengan segala situasi ini. Kepanikan yang berujung keteledoran, kata dia, akan merugikan pendaki itu sendiri.

Menurut Adi Seno, meskipun dalam keadaan genting, keputusan matang menjadi kunci keselamatan para pendaki.

Baca juga: Sejak Ditemukan, Jenazah Thoriq Belum Bisa Dipindahkan dari Gunung Piramid

"Jika memiliki keterampilan, pengetahuan (navigasi, mitigasi dan teknik pendakian), serta sikap maka pendaki akan membuat keputusan untuk terus (melakukan pendakian), berhenti dan bertahan, atau kembali," kata Adi Seno.

Keputusan yang diambil tersebut tentunya tetap tergantung pada lokasi dan seberapa parah kondisi tak terduga ini.

"Biasanya kalau badai di ketinggian yang bisa dilakukan adalah bertahan, buka bivak dan menunggu perubahan membaik selama perbekalan mencukupi," papar Adi Seno.

"Syarat utama dapat memisahkan diri dari elemen luar (cuaca atau alam)," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com