Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hope, Induk Orangutan yang Diberondong 74 Peluru, di Sampul Depan The New York Times

Kompas.com - 05/07/2019, 14:54 WIB
Robertus Belarminus

Editor

KOMPAS.com — Sejumlah lelaki mendatangi Hope dan bayinya sembari membawa tombak dan senjata. Tapi, dia (Hope) tidak mau pergi. Tidak ada tempat baginya untuk pergi.

Kalimat itu merupakan sepenggal dari berita harian The New York Times dengan judul "A mother shot 74 times', Jumat 5 Juli 2019.

Berita koran asal Amerika Serikat itu mengangkat kisah orangutan bernama Hope, yang menjadi korban penembakan ketika warga di wilayah Sumatera, Indonesia, membersihkan lahan untuk perkebunan kelapa sawit.

Jika masih ingat, kisah tentang Hope terjadi pada Maret 2019, dan menjadi sorotan di dalam negeri. 

Baca juga: Induk Orangutan Hope Diberondong 74 Tembakan Senapan Angin, Ini 5 Faktanya

Dari hasil rontgen, selain 74 peluru bersarang di tubuhnya, Hope juga mengalami patah di beberapa tulangnya. 

Foto dokumentasi YEL - SOCP, 74 peluru senapan angin bersarang ditubuh induk orangutan yang dievakuasi di Subulussalam, Aceh,  Rabu (13/03/2019).KOMPAS.COM/RAJA UMAR Foto dokumentasi YEL - SOCP, 74 peluru senapan angin bersarang ditubuh induk orangutan yang dievakuasi di Subulussalam, Aceh, Rabu (13/03/2019).

Saat hutan dan rawa ditebangi untuk perkebunan kelapa sawit, keberadaan orangutan di Indonesia terancam.

The New York Times dalam ulasannya menyebut, Indonesia dan Malaysia merupakan pemasok 80 persen dari minyak sawit yang bermanfaat untuk membuat minyak goreng, lipstik, cokelat, dan biofuel.

September tahun lalu, di tengah kekhawatiran tentang habitat orangutan yang terancam punah dan bahaya karbon emisi dari pembakaran massal lahan untuk perkebunan sawit, Indonesia berhenti mengeluarkan izin untuk perkebunan baru.

Namun, seperti kasus yang dialami Hope, kebijakan dari pemerintah nampaknya tidak berjalan di desa-desa miskin.

"Mereka mengatakan ada moratorium, tetapi saya dapat melihat dengan mata kepala sendiri bahwa tanah hilang setiap hari,” kata Krisna, koordinator untuk Unit Respons Konflik Orangutan Manusia, sebuah kelompok yang berbasis di Sumatera yang telah menyelamatkan lebih dari 170 orangutan terluka sejak 2012, seperti dikutip dari The New York Times.

Orangutan disebut hanya hidup di dua pulau di dunia. Sejak 1999 sampai 2015, populasi orangutan di Kalimantan mengalami penurunan lebih dari 100.000, seperti dilaporkan dalam Curret Biology, sebuah jurnal ilmiah.

Baca juga: Induk Orangutan Terluka dengan 73 Peluru Bersarang di Tubuh

Hanya tersisa 100.000 orangutan di Kalimantan, menurut Worl Wildlife Fund. 

Di Sumatera, New York Times menulis populasi orangutan kurang dari 14.000 saja.

Orangutan yang beruntung dan selamat dari pembakaran lahan bisa tersingkir di sekitar tempat-tempat kecil di antara pepohonan kelapa sawit. 

Foto dokumentasi YEL - SOCP,  tim medis di pusat Karantina Sibolangit sedang malakukan penanganan terhadap induk orangutann  yang dievakuasi di Subulussalam, Aceh,  Rabu (13/03/2019).KOMPAS.COM/RAJA UMAR Foto dokumentasi YEL - SOCP, tim medis di pusat Karantina Sibolangit sedang malakukan penanganan terhadap induk orangutann yang dievakuasi di Subulussalam, Aceh, Rabu (13/03/2019).

Karena putus asa mencari makanan, orangutan ini mencari makan di daerah-daerah yang dihuni manusia. 

Mereka menyerang tanaman dan memancing penduduk bertindak, seperti melakukan penembakan. Tidak ada tindakan hukum atas penembakan terhadap orangutan.

Kelapa sawit merupakan sumber penghasilan bagi petani di Sumatera. Orangutan dianggap sebagai hama. 

Namun, bayi orangutan sering ditangkap untuk diperjualbelikan meskipun menjual spesies yang terancam punah adalah ilegal.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus yang menimpa Hope terjadi di Subulussalam, Aceh.

Penyiksaan itu mengakibatkan bayi Hope berjenis kelamin jantan yang berusia satu bulan mati. 

Hope mengalami luka parah dengan 74 butir senapan angin bersarang di tubuhnya.

“Kondisi induk orangutan kurang sehat, dengan luka di tangan, kaki, jari tangan, serta mata kena peluru senapan angin,” kata Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji, dalam keterangan tertulis, Selasa (12/3/2019).

Baca juga: Tahun 2019, Populasi Orangutan Kalimantan Semakin Kritis

Konflik warga dan orangutan di Subulussalam, Aceh, berawal saat induk orangutan itu masuk ke kawasan permukiman, terutama kebun warga.

Diduga kuat warga menembaki induk orangutan tersebut. Namun, menurut Sapto, orangutan masuk ke permukiman karena habitatnya terganggu.

Menurut Sapto, hal ini jamak terjadi di wilayah Kalimantan dan Sumatera.

Setelah sempat kritis saat dilakukan perawatan, kondisi Hope dinyatakan mulai membaik. Hope harus menjalani operasi pengangkatan peluru yang bersarang di tubuhnya.

BKSDA mengusut pelaku penyiksaan satwa dilindungi tersebut. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com