Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Hepatitis A yang Serang 957 Warga Pacitan Diduga Bukan Hanya karena Air

Kompas.com - 05/07/2019, 12:52 WIB
Slamet Widodo,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Setiap hari, truk pengangut tiga tandon air berukuran besar mengambil air dari sumber air secara langsung tanpa melalui proses sterilisasi. Air langsung diambil dengan menggunakan pompa air. 

Setelah semua tandon terisi penuh dengan air, kemudian didistribusikan bagi warga yang membutuhkan.

Tiga tandon air berukuran besar yang berisi ribuan liter ini, dibandrol dengan harga sekitar Rp 100.000 hingga Rp 200.000 tergantung jarak dan kesulitan lokasi pendistribusian air. 

Sumber mata air ini, merupakan salah satu yang diambil sampel dan dilakukan uji laboratorium.

Baca juga: Khofifah Ungkap Penyebab KLB Hepatitis A di Pacitan yang Serang Hampir 1.000 Orang

Selain karena pencemaran aliran air, dicurigai virus hepatitis A menyebar melalui petak resapan air yang berfungsi sebagai bak penampungan air.

Biasanya dalam satu hari, satu bak penampungan air yang dibuat oleh warga tersebut mampu mengisi satu tangki air ukuran 1.000 liter.

Air yang diambil dari resapan aliran Sungai Sukorejo ini juga dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan rumah tangga.

“Aliran sungai ini kan banyak terdapat limbah rumah tangga, juga kemungkinan juga ada warga yang buang air besar di aliran sungai ini, sehingga tidak menutup kemungkinan, munculnya virus hepatitis,” ujar Triani.

Sungai kotor

Kondisi Sungai Sukerojo terbilang kotor. Terdapat sampah yang mengambang juga hewan ternak yang berenang di sungai.  Tidak hanya itu, limbah rumah tangga juga tampak dialirkan ke sungai.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono mengatakan, warga Kecamatan Sudimoro sangat bergantung terhadap sumber air dari aliran sungai Sukorejo tersebut. 

Dengan alasan kurangnya air bersih akibat kekeringan, maka pemerintah tidak bisa menghentikan sumber air ini.

Dengan konsekuensi, pemerintah terus memberi klorinisasi, memantau kebersihan air agar tetap terjaga, serta disarankan agar air dimasak secara benar-benar matang terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

“Kami tidak bisa menutup begitu saja petak resapan air ini. Kami ambil jalan tengah, agar di beri kaporit dan dikuras Tiga hari sekali. Kami juga sudah suplai air bersih secara rutin ke beberapa kecamatan yang terdampak hepatitis,” ujar Eko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com