Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Baru Babi Hutan Serang Warga, Ukuran Lebih Besar dari Kambing hingga Berduel

Kompas.com - 05/07/2019, 07:00 WIB
Candra Setia Budi

Editor

Sesampainya di kebun, Rahmat melihat tetangganya yang sudah lanjut usia, Warsinah, sedang diserang seekor babi hutan. Spontan ia mendekat untuk menolong Warsinah yang akhirnya meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit, Selasa malam.

"Begitu saya datang, babi hutan langsung nyerang saya, saya sempat melawan, saya bacok tiga kali pakai parang panjang, tapi tidak mempan. Mungkin karena (babi) sudah tua, hanya luka saja. Sempat saya tusuk juga tidak tembus, tenaganya besar sekali," tutur Rahmat dengan suara lirih.

Baca juga: Anjing Dikerahkan untuk Buru Babi Hutan yang Serang 4 Warga

4. Sempat berduel

Setelah itu, Rahmat tak berdaya menghadapi babi hutan yang terus menyerangnya. Taring babi menusuk dan mengoyak beberapa bagian tubuhnya. Bahkan, tangan kirinya sempat digigit oleh babi hutan tersebut.

"Setelah itu saya nggak berdaya. Babi hutan akhirnya pergi setelah banyak warga yang datang menolong. Babi kemudian kabur setelah ditembak tiga kali. Babinya ganas sekali, batang kayu runcing yang digunakan warga untuk menyerang juga dimakan sampai remuk," kata Rahmat.

Rahmat mengaku berduel dengan babi hutan tersebut tak lebih dari satu menit.

"Saya nggak sampai 1 menit, kalau ibu-ibu itu diserang lebih dari 1 menit mungkin. Kalau saya tidak datang waktu itu, enggak tahu bagaimana kondisinya, diinjak, dibanting, taringnya panjang sekitar 9 sentimeter mungkin," ujar Rahmat.

Baca juga: Cerita Rahmat, Berduel dengan Babi Hutan hingga Terkapar untuk Selamatkan Tetangganya

5. Perburuan dibagi beberapa titik

Anjing terlatih dikerahkan untuk memburu babi hutan yang menyerang warga di Desa Windujaya, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2019)KOMPAS.com/FADLAN MUKHTAR ZAIN Anjing terlatih dikerahkan untuk memburu babi hutan yang menyerang warga di Desa Windujaya, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2019)

Ady menjelaskan, perburuan dilakukan di titik berbeda di kawasan hutan sekitar lereng selatan Gunung Slamet. Tim gabungan dibagi ke perbukitan Gunung Malang, Igir Alang, dan sebelah utara Bukit Cendana.

"Perburuan tersebut bertujuan untuk menggiring babi hutan ke Batu Bedil. Wilayah Batu Bedil merupakan jalur sering dilalui kawanan babi hutan, di lokasi tersebut juga ada orang yang stand by," ujar Ady.

Ady mengatakan, berdasarkan hasil pantauan pada Rabu siang, di Batu Bedil ditemukan sejumlah jejak tapak babi hutan. Namun dia belum dapat memastikan apakah jejak tersebut merupakan tapak babi hutan yang menyerang warga.

Baca juga: Kisah Perburuan di Lereng Gunung Slamet, Libatkan 7 Anjing dan Bergerak dari 3 Titik

6.Menyerang karena terdesak

Babi hutan.Thinkstock Babi hutan.

Kepala Dusun II Desa Windujaya Amin Mustofa mengatakan, babi hutan menyerang manusia diduga karena dalam posisi terdesak atau terancam.

"Kemungkinan karena terdesak atau terancam, tapi banyak juga penyebab lainnya, bisa juga karena sedang musim kawin jadi babi hutan lebih agresif," kata Amin, Rabu (4/7/2019).

Kemungkinan lain, lanjut Amin, pasokan makanan di hutan menipis, sehingga babi hutan turun ke permukiman warga.

Menurut Amin, babi hutan biasanya hanya turun dan merusakan tanaman warga. Namun, penyerangan terhadap warga di desanya baru terjadi kali ini.

"Dulu di desa sebelah, Dusun Semaya, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, pernah menyerang warga, tapi akhirnya tertangkap," ujar Amin.

Baca juga: Satu Korban Serangan Babi Hutan di Lereng Gunung Slamet Akhirnya Meninggal

Sumber KOMPAS.com (Fadlan Mukhtar Zain).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com