Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Pencarian Heli MI-17 di Papua, Heli Buatan Rusia hingga Pesawat CN235 MPA Diterjunkan

Kompas.com - 04/07/2019, 17:08 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Pencarian Helikopter MI-17 milik TNI AD yang hilang kontak sejak 28 Juni di sekitar Kabupaten Bintang, Papu, masih terus dilakukan.

TNI Angkatan Udara akan mengerahkan pesawat yang memiliki teknologi pendeteksi panas dan logam untuk menyisir lokasi di sektor Lereh dan Airu.

Sementara itu, keluarga salah satu penumpang helikopter MI-17 berharap Praka Dwi Purnomo segera ditemukan dan dalam kondisi selamat.

Seperti diketahui, helikopter yang tengah melakukan misi pendorongan logistik (dorlog) ke Pos Udara Pengamanan Perbatasan (Pamtas) di Distrik Okbibab dilaporkan membawa 12 orang terdiri dari 7 orang kru dan 5 personel Satgas Yonif 725/Wrg yang akan melaksanakan pergantian pos.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. TNI AU kerahkan pesawat pendeteksi panas dan logam

Tim SAR Gabungan sedang memasuki pesawat CN235 yang akan membawa mereka ke Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, untuk membantu pencarian Helikopter MI-17 yang hilang kontak beberapa waktu yang lalu, Minggu (30/6/2019)KOMPAS.com/Dhias Suwandi Tim SAR Gabungan sedang memasuki pesawat CN235 yang akan membawa mereka ke Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, untuk membantu pencarian Helikopter MI-17 yang hilang kontak beberapa waktu yang lalu, Minggu (30/6/2019)

"Kita rencanakan untuk besok hari, apa bila sudah siap, pesawat CN235 yang selama ini kami gunakan akan digantikan dengan CN235 MPA, jenisnya sama namun spesifikasinya berbeda. CN235 MPA ini mempunyai kemampuan mendeteksi panas dan logam," ujar Wakapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Dax Sianturi, di Jayapura, Selasa (2/7/2019).

Menurut Dax, pesawat tersebut diarahkan untuk menyisir sektor Lereh dan Airu. Sebelumnya, sejumlah warga mendengar suara helikopter di sektor tersebut.

"Kami akan menggunakan pesawat itu untuk menyisiri sektor Lereh dan Airu, Kabupaten Jayapura. Sementara heli Bell tetap kami fokuskan di Oksibil," ujar Dax.

Baca juga: TNI Kerahkan Pesawat Pendeteksi Panas dan Logam Cari Helikopter yang Hilang Kontak di Papua

2. Dua helikopter Bell sisir Oksibil

Helikopter MI-17 milik Penerbad TNI ADistimewa Helikopter MI-17 milik Penerbad TNI AD

Dua helikopter jenis Helly Bell 412 milik TNI AD dan Helly Bell 206 milik penerbangan sipil diperbantukan menyusuri rute penerbangan antara Oksibil dan Okibab.

"Kemudian tim pencari udara juga mendarati kampung-kampung yang terlihat dari atas dan berusaha mencari informasi dari masyarakat yang ada di kampung-kampung tersebut. Ada tiga distrik yang tadi cari keterangan oleh tim udara, yaitu Distrik Oksop, Okibab dan Okbape," ujar Dax Sianturi, di Jayapura, Selasa (2/07/2019).

Sayangnya, hingga saat ini, petugas dan tim SAR gabungan masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan heli naas tersebut.

"Sampai pukul 16.00 WIT, sangat disayangkan kita masih belum menemukan adanya tanda-tanda keberadaan Helikopter MI-17 dengan nomor regristasi HA5138," kata Dax.

Baca juga: Hari Ke-5 Pencarian Helikopter Hilang di Papua, Tim Udara Sambangi 3 Distrik

3. Keluarga berharap Praka Dwi Purnomo selamat

Pasukan TNI sedang mengamati peta Pegunungan Bintang, Papua, untuk memetakan lokasi pencarian Helikopter MI-17 yang hilang kontak pada Jumat (28/06/2019) siang (29/06/2019)KOMPAS.com/Dhias Suwandi Pasukan TNI sedang mengamati peta Pegunungan Bintang, Papua, untuk memetakan lokasi pencarian Helikopter MI-17 yang hilang kontak pada Jumat (28/06/2019) siang (29/06/2019)
Bambang Timbul, kakak dari Praka Dwi Purnomo, mengatakan, pihak keluarga berharap bisa segera berkumpul kembali dengan Dwi Purnomo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com