Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL: PT KAI dan Pemkab Jombang Tidak Punya Hati, Main Gusur Seenaknya

Kompas.com - 04/07/2019, 10:59 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Sejumlah lapak milik pedagang kaki lima (PKL) di depan Stasiun Kereta Api Jombang, Jawa Timur, ditertibkan oleh petugas gabungan, Kamis (4/7/2019) pagi.

Penertiban oleh petugas gabungan sempat diliputi ketegangan. Penyebabnya, Retnaning (31), salah satu PKL, melakukan protes terhadap tindakan petugas. 

Sambil meluapkan emosinya, ibu dua anak itu melemparkan beberapa potongan kayu bekas lapak yang dirobohkan.

Beberapa kali, perempuan itu juga menyiram air ke berbagai arah sambil mengeluarkan kata-kata kasar.

Baca juga: Bangunan Bata Kuno di Jombang Merupakan Saluran Air Peninggalan Majapahit

"PT KAI dan Pemkab (Jombang) tidak punya hati, main gusur seenaknya," seru Naning, sambil memunguti barang-barang di lokasi lapak yang ditertibkan.

Saat beberapa petugas mencoba membantu membersihkan barang-barang dagangannya dan serpihan bekas lapak, Naning tak segan menghardik petugas. Dia pun menyuruh petugas agar tidak mendekati barang-barang miliknya.

"Wis, tak resikane dewe (sudah, biar saya bersihkan sendiri)," ujar warga Kaliwungu Kabupaten Jombang itu, meluapkan emosinya.

Wawan Kurniawan (35), suami dari Naning mengungkapkan, dia berjualan makanan dan minuman di depan Stasiun Kereta Api Jombang sejak tahun 1995. Lapak PKL itu pertama dibuka oleh orangtuanya.

"Sejak tahun 1995 berjualan di tempat ini, melanjutkan orangtua saya. Selama ini tidak ada masalah, tapi sekarang kami digusur," tutur Wawan, di lokasi.

Wawan mengaku keberatan saat diminta memindah lokasi jualannya dari depan Stasiun Kereta Api Jombang. Alasannya, tempat baru yang disiapkan, tidak memiliki kelayakan dari sisi akses konsumen.

"Saya tidak pernah mendapatkan solusi dari Pemda (Pemkab Jombang) maupun PT KAI. Bukannya tidak mau pindah, saya hanya minta solusi dengan relokasi yang layak, bukan relokasi sepihak," ujar dia.

Penertiban lapak PKL di depan Stasiun Kereta Api Jombang melibatkan seratus lebih petugas. Petugas gabungan berasal dari PT KAI, Satpol PP Jombang, serta aparat TNI dan Kepolisian.

Saat ditertibkan petugas gabungan, jumlah lapak yang masih berdiri sebanyak 3 unit dari 6 lapak yang rencananya ditertibkan. Proses penertiban dan pembersihan lapak berlangsung kurang dari 1 jam.

Manager Humas PT KAI Daop 7 Madiun, Ixfan Hendriwintoko mengatakan, penertiban PKL di depan stasiun kereta api Jombang merupakan upaya pengembangan dan penataan kawasan stasiun. 

Pengembangan dan penataan kawasan stasiun kereta api, lanjut Ixfan, dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna transportasi kereta api.  

"Pengembangan dan penataan dilakukan mengingat animo masyarakat untuk menggunakan transportasi kerata api (KA) cukup tinggi," kata dia, saat dikonfirmasi di lokasi penertiban lapak PKL.

Baca juga: Situs di Waduk Sumberbeji Jombang, Diduga Parit untuk Lindungi Air Bersih

Selain di Jombang, beber Ixfan, pengembangan dan penataan kawasan stasiun kereta api juga dilakukan di Stasiun Kereta Api Madiun, Kediri dan Blitar.

Berdasarkan dokumen data Grondkaart No 19 Tahun 1939 dan Sertifikat No 15 Tahun 1997, lanjut dia, lapak PKL di depan Stasiun Kereta Api Jombang berada di area lahan PT KAI Daop 7 Madiun.

Pihaknya sudah melakukan langkah persuasif sebelum dilakukan penertiban secara paksa. Langkah penertiban lapak PKL secara paksa, dilakukan karena beberapa PKL menolak untuk direlokasi ke tempat baru. 

"Langkah persuasif sudah kami lakukan, mulai dari pemberitahuan maupun mediasi bersama Pemkab Jombang. Prosesnya sejak bulan Januari 2019," beber Ixfan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com