Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Satu Penyebab Harimau Inung Rio Mati adalah Penyakit Radang Paru

Kompas.com - 04/07/2019, 06:20 WIB
Rachmawati

Editor

PEKANBARU, KOMPAS.com - Harimau Sumatra dari Provinsi Riau, yang diberi nama Inung Rio, ternyata sudah mati saat mendapat perawatan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PRHSD), Sumatera Barat, pada 15 April 2019.

Pihak Yayasan Arsari Djojohadikusumo selaku pengelola PR-HSD mengungkapkan bahwa Inung mati akibat komplikasi penyakit.

“Harimau Inung Rio mati karena komplikasi berbagai penyakit bawaan sebelum direhabilitasi di PRHSD,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Catrini Pratihari Kubontubuh ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Rabu, (3/6/2019).

Baca juga: Setelah Dirawat 14 Hari, Harimau Sumatra Inung Rio Akhirnya Mati

Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) itu sebelumnya terjerat di kawasan restorasi ekosistem Riau (RER) yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau pada Maret 2019.

Saat ditemukan, harimau jantan yang diperkirakan berusia 3 hingga 4 tahun itu terluka parah di kaki depan bagian kirinya akibat jerat sling baja.

Setelah dievakusi dari tempat penemuan, harimau yang diberi nama Inung Rio itu dititipkan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau ke PRHSD.

Namun umur satwa belang itu hanya bertahan 20 hari karena komplikasi penyakitnya.

Catrini mengungkapkan, tim dokter hewan langsung melakukan bedah bangkai atau nekropsi pada 16 April 2019, sehari setelah kematian Inung.

Hasil diagnosa awal juga sudah disampaikan kepada BBKSDA Sumatera Barat pada 18 April 2019.

Baca juga: Seekor Harimau Sumatera Terjerat di Hutan Pelalawan Riau

Diagnosa sementara, Inung Rio mati akibat pneumonia atau penyakit radang paru-paru, gangguan fungsi saraf, kegagalan sirkulasi darah dan distemper, yang ditandai dengan adanya pembentukan eksudat dan peradangan hebat pada organ paru.

Selain itu juga terdapat pendarahan pada selaput otak, pembendungan pembuluh darah pada otak besar serta kerusakan jaringan hebat pada organ hati, limpa dan jantung.

Ia mengatakan pihaknya juga sudah melakukan pemeriksaan di laboratorium untuk hasil diagnosa tetap yang lebih rinci.

Menurut dia, hasil lab keluar pada 12 Juni 2019 dan hasilnya langsung dilaporkan pada 13 Juni 2019 ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Surat itu juga ditembuskan ke Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati KLHK, Kepala BBKSDA Riau dan Kepala BBKSDA Sumbar.

Baca juga: Dievakuasi, Harimau Sumatera yang Terjerat di Riau Dipikul dengan Tandu Sambil Diinfus

Namun, ia menyebutkan pihaknya merasa tidak berwenang untuk menyampaikan hasil diagnosa tetap karena KLHK berjanji akan mengeluarkan pernyataan pers tentang hal tersebut.

“Mohon maaf lampiran data kami serahkan langsung ke KLHK agar satu pintu,” ujarnya.

Berdasarkan rekam berita Antara, BBKSDA Riau pada 12 April 2019 menyampaikan perkembangan Inung Rio membaik.

Kepala BBKSDA Riau, Suharyono saat itu menyampaikan proses kesembuhan luka jerat Inung Rio menunjukkan progres yang baik. Tampak luka mulai menutup dengan kedalaman luka yang mendangkal.

Selain itu, ia juga mengatakan harimau itu sakit akibat infeksi sistemik yang disebabkan oleh luka terbuka di kaki kiri, dan infeksi organ hepatika atau hati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com