Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Stunting, Beras Multivitamin Akan Dibagikan ke Ibu Hamil

Kompas.com - 04/07/2019, 06:08 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

KULON PROGO, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merencanakan aksi inovatif untuk mencegah stunting.

Pemerintah tengah merancang untuk memberikan asupan bervitamin yang mengandung mikronutrien atau zat gizi yang diperlukan tubuh, utamanya bagi ibu hamil dan anak di bawah 2 tahun.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo mulai menjajaki asupan berupa beras fortivikasi atau beras yang sudah dicampur dengan mikronutrien, berupa zat besi, asam folat, zinc atau zat seng.

Strategi memberi beras fortivikasi lantaran beras memiliki fungsi sebagai makanan pokok yang bisa dikonsumsi rutin setiap hari.

Baca juga: Jangan Salah, Balita Horang Kaya Juga Bisa Terkena Stunting, Kenapa?

Metode memberi beras pun lebih mudah karena rutin dimakan ketimbang asupan lain sebelumnya, misal biskuit ataulah tablet.

"Ini masih bahasan awal. Masih akan membicarakan dengan dinas lain, seperti Bappeda, dinas pertanian, dan lainnya," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan, dr Sri Budi Utami, MKes. di ruang kerjanya, Rabu (3/7/2019).

"Ini terkait ketersedian beras, biaya, data ibu hamil dan remaja maupun bayi kurang 2 tahun, pendataan dari Dinas sosial, pendanaan dari Bappeda, penyediaan dari beras dari dinas pertanian. Ini semua masih kajian awal." 

Beras bernutrisi ini rencananya akan menjadi langkah inovatif pemerintah dalam menangani upaya mencegah stunting di Kulon Progo, secara langsung.

Baca juga: Di Sumedang, Tiga dari 10 Bayi Lahir Stunting

Penanggulangan stunting libatkan 14 OPD

Kabupaten Kulon Progo dinilai memiliki komitmen tinggi untuk menangani stunting.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes, drg Hunik Rimawati MKes mengatakan, banyak kegiatan dan kebijakan telah dilakukan untuk menangani stunting.

Termasuk di antaranya Pemkab menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 37 tahun 2018 yang mengharuskan 14 OPD terlibat dalam mencegah stanting di kabupaten ini.

"Penanggulangan stunting tidak bisa hanya kami saja. Pengaruhnya (kami) hanya 30 persen. Karenanya hampir semua OPD yang terlibat," kata Hunik

Pemerintah pusat pun bahkan memonitor secara khusus pelaksanaan program mencegah stunting di Kulon Progo ini.

Pada awalnya, pemerintah pusat memonitor 8 kabupaten/kota pada 2017. Salah satunya adalah Kulon Progo.

Baca juga: Cegah Stunting, Menteri Susi Tuntut Ibu Masak Ikan untuk Anaknya

Angka stunting tertinggi

Kabupaten Kulon Progo menjadi perhatian khusus bukan karena dianggap sebagai daerah yang terdapat angka stunting tinggi.

Hunik mengatakan, Kulon Progo dan 3 daerah lain dianggap memiliki komitmen tinggi dalam menangani stunting. Sebaliknya, 4 dari 8 daerah lain yang justru memiliki angka stunting tinggi. 

Bicara angka stanting, Kulon Progo menempati posisi ke-3 di DIY, lebih baik dari Gunung Kidul dan Bantul. Sementara Sleman dan Kota Yogyakarta menempati ranking lebih baik dalam penanganan stunting.

Setahun kemudian, pemerintah pusat memonitor lebih luas lagi hingga yang semula 8 kabupaten menjadi 100 kabupaten kota di 2018, sebanyak 180 kabupaten kota di 2019, dan ratusan tambahan lain di 2020 mendatang.

Baca juga: SEAMEO dan Jalan Terjal Entaskan Stunting di Indonesia

Pada 2019 ini, Pemkab Kulon Progo menekankan lokus pananganan stunting di 10 desa di lima kecamatan, yakni: Nomporejo, Tuksono, Karangsari, Sendangsari, Donomulyo, Kebonharjo, Sidoharjo, Gerbosari, Ngargosari, Pagerharjo.

Survei lima tahunan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan jumlah penderita stunting Kulon Progo turun dari 26 persen pada 2017 menjadi 22 persen di 2018.

Bagi Dinkes angka itu belum menunjukkan realita di Kulon Progo karena menggunakan metode sampling.

Target "Zero Stunting" 2030

Pemantauan gizi setiap bulan yang dilakukan para kader petugas gizi Puskesmas mencatat hal yang lebih optimis.

Hasil survei melaporkan bahwa 3.549 anak dari 26.000 yang ada, menderita stunting. Ketika diverifikasi lapangan berdasar nama dan alamatnya, jumlah realita hanya sebanyak 3.137 pada akhir 2018.

Baca juga: PKK Jabar: Perencanaan Kehamilan Jadi Kunci Tekan Angka Stunting

Dinas kesehatan juga memastikan bahwa penyebab stunting sendiri paling besar adalah karena pola asuh dan pola makan, miskin, keluarga perokok, sejak kecil sakit, dan tidak ASI eksklusif.

"Karenanya bisa dicegah, dikoreksi dan ditekan sejak janin dan usia sebelum usia 2 tahun," kata Hunik.

Pemkab Kulon Progo rutin melaksanakan program mencegah stunting di Kulon Progo, misal melalui pemberian tablet zat besi pada remaja putri, ibu hamil, obat cacing ibu hamil, balita, anak sekolah.

Termasuk juga intervensi berupa pemberian makanan tambahan bagi ibu yang kekurangan energi kronis, penyuluhan bagi calon pengantin, sosialisasi pada anak-anak, hingga penyediaan air bersih.

Baca juga: Soal Stunting, AIMI Sebut Pembagian Asupan Tambahan Tidak Efektif

 

"Semua terus dilakukan dan tinggal meningkatkan kualitasnya," katanya.

Lintas OPD juga turut terlibat, seperti membangun Pamsimas, membangun desa anak sejahtera, membangun daerah kawasan tanpa rokok, sejuta jamban, dsb.

Semua dilakukan untuk menjadi bagian dari mewujudkan zero stunting pada 2030.

"Bahkan dari Kemendes kalau tidak ada kegiatan (desa) untuk pencegahan stunting maka dana desa tidak akan turun,” kata Hunik.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com