Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Pembunuhan Taruna ATKP: Ayah Korban Sebut Pihak Kampus Bilang Anaknya Tewas karena Jatuh

Kompas.com - 01/07/2019, 17:09 WIB
Himawan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Daniel Pongkala, ayah dari Aldama Putra Pongkala, taruna tingkat 1 Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar yang tewas dianiaya seniornya memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan kasus tersebut di hadapan majelis hakim yang dipimpin Suratno di Pengadilan Negeri Makassar, Senin (1/7/2019).

Dalam kesaksiannya, Daniel menyebut, awalnya pihak kampus tidak pernah mengatakan bahwa anaknya meninggal karena luka memar yang dialaminya akibat benda keras yang menghantam dadanya pada Minggu malam, 3 Februari 2019 lalu.

Namun, ia malah mendapati keterangan dari pihak kampus dan rumah sakit bahwa anaknya meninggal karena terjatuh di kamar mandi. 

"Sekitar jam sepuluh malam saya ditelepon kalau anak saya di rumah sakit. Saat tiba saya melihat anak saya ditutupi selimut. Informasi dari pengasuh ATKP, katanya anak saya terjatuh di kamar mandi," ucap Daniel saat ditanya majelis hakim. 

Daniel mengungkapkan bahwa pemberitahuan dari pihak ATKP tersebut tidak langsung dipercayainya. Sebab, ia menemukan banyak kejanggalan sewaktu melihat jasad anaknya di rumah sakit. Saat itu ada beberapa luka memar di sekujur tubuh Aldama. 

"Saya mengetahui bagian memar di muka, pelipis kanan, kening, bagian dada. Secara kasat mata saya tidak percaya kalau anak saya jatuh di kamar mandi. Makanya setelah itu saya langsung melapor ke polsek," jelasnya.

Baca juga: Jaksa Panggil Saksi Kunci Dalam Sidang Pembunuhan Taruna ATKP

 

Laporan Daniel ini pun akhirnya membuahkan hasil karena setelah penyelidikan polisi, diketahui bahwa Aldama memang tidak meninggal karena terjatuh melainkan adanya dugaan penganiayaan. Dugaan ini diperkuat dengan hasil autopsi yang dilakukan oleh tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel yang keluar kurang lebih sebulan setelah Aldama meninggal dunia. 

Hasil autopsi mengungkapkan bahwa Aldama meninggal dunia karena mengalami gangguan pernapasan usai mendapatkan beberapa pukulan di bagian dadanya. Nama Muhammad Rusdi (21), taruna tingkat 2 ATKP pun mencuat dan ditetapkan sebagai pelaku pemukulan yang menyebabkan Aldama meninggal dunia. 

Daniel yang mengetahui hal ini mengatakan bahwa saat Rusdi ditetapkan sebagai tersangka, ia mendatangi penyidik di Polrestabes Makassar yang memeriksa Rusdi agar tidak menyembunyikan hasil pemeriksaannya. 

"Saya ke polrestabes menjenguk si Rusdi. Saya hanya menyampaikan bahwa sampaikan kepada Rusdi kalau di-BAP jangan ada yang dikurangi, jangan ada yang ditambah. Kalau memang ada temannya yang melakukan juga sampaikan. Jangan dia yang biang kerok saja," pungkas Daniel. 

Sebelumnya dalam dakwaan yang dibacakan jaksa penuntut umum Tabrani, Rusdi dinyatakan melakukan penganiayaan yang berujung tewasnya Aldama usai melihat juniornya itu tiba di ATKP dengan tidak menggunakan helm saat dibonceng ayahnya, Minggu (3/2/2019) lalu. 

"Terdakwa sempat memanggil korban di barak enam lalu bertanya mengapa kau tidak pakai helm," kata Tabrani saat membacakan dakwaan di hadapan majelis hakim yang dipimpin Suratno. 

Baca juga: Taruna ATKP Makassar yang Bunuh Juniornya Berstatus Terdakwa, Tapi Hanya Diskors...

Sebelum menganiaya Aldama, Rusdi terlebih dahulu memerintahkannya untuk sikap taubat di mana kepalanya ditahan oleh sebuah botol. Ada empat taruna lain yang menyaksikan Aldama dibawa ke barak Bravo 6 untuk menemui Rusdi. 

Namun saat Rusdi hendak memukul Aldama, para taruna tersebut diperintahkan untuk tidak menyaksikannya. Sekitar pukul 21.45 Wita, Aldama dipukul di atas ulu hatinya yang menyebabkannya langsung tumbang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com