Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dramatis, Penangkapan Buaya Berukuran 4,5 Meter yang Terbesar di NTT

Kompas.com - 01/07/2019, 16:30 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Khairina

Tim Redaksi

 

KUPANG, KOMPAS.com - Tim Unit Penanganan Satwa (UPS) dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengamankan seekor buaya berukuran besar.

Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara mengatakan, buaya itu diamankan karena sering menyerang dan memangsa ternak warga.

"Buaya muara (Crocodylus porosus) kami amankan di Desa Soliu, Kecamatan Amfoang Barat, Kabupaten Kupang,"ungkap Timbul kepada Kompas.com, saat memantau buaya di tempat penangkaran Kantor Seksi Konservasi Wilayah II, Senin (1/7/2019).

Baca juga: Buaya Sepanjang 4,5 Meter Ditangkap, Terbesar yang Pernah Ada di NTT

"Hingga saat ini, buaya ini merupakan buaya yang ukuran tubuhnya paling besar yang pernah ditangani tim UPS BBKSDA NTT,"sambung Timbul.

Timbul yang didampingi Kepala Seksi Konservasi Wilayah II, Wantoko, dan Kasubbag Program dan Kerjasama Kriswoyo menyebut, buaya muara itu berkelamin jantan dan berukuran panjang 4,58 meter serta lebar 80 sentimeter.

Informasi keberadaan satwa tersebut lanjut Timbul, awalnya disampaikan oleh Kepala Pos Polisi Soliu, yang diterima oleh operator call center Halo BBKSDA NTT pada Sabtu (29/6/2019) pukul 16.30 Wita.

Dalam laporannya, kata Timbul, masyarakat menyampaikan bahwa ukuran buaya muara besar dan menakutkan, serta menyerang dan memangsa ternak warga.

Timbul kemudin memerintahkan Tim UPS BBKSDA NTT segera menindaklanjuti dengan menuju Desa Soliu dan tiba pada pukul 24.00 Wita tengah malam.

"Tim lalu melakukan persiapan untuk penanganan terhadap buaya muara itu. Upaya evakuasi satwa berlangsung dramatis, mengingat ukurannya yang besar,"ungkap Timbul.

Baca juga: 9 Hari Dicari, Buaya yang Diduga Terkam Warga Aceh Jaya Akhirnya Ditangkap

Berkat kerjasama tim UPS BBKSDA NTT dengan masyarakat sekitar, polisi dan pemerintah kecanatan, buaya itu berhasil dievakusi.

Selanjutnya buaya muara dievakuasi oleh tim UPS ke kandang transit di kantor Seksi konservasi wilayah II di Kupang.

Tim juga melakukan perawatan terhadap buaya, karena kondisi tubuhnya mengalami luka pada bagian kepala, leher, dan mulut.

Selanjutnya, buaya itu akan ditampung sementara di kandang transit, sambil menunggu adanya lembaga konservasi yang berminat menampung buaya untuk digunakan sebagai indukan pada penangkaran satwa.

"Tentu yang memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku,"ujar Timbul.

Timbul pun bersyukur, masyarakat punya kesadaran penuh untuk melaporkan kejadian itu ke BBKSDA.

"Saya apresiasi kepada masyarakat, yang sadar bahwa ini harus dilaporkan ke ahlinya dalam hal ini satgas di BBKSDA NTT," kata Timbul.

Dia menambahkan, kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan lagi dan ke depannya, pihak BBKSDA NTT akan fasilitasi masyarakat terutama yang bermukim di antara pinggiran batas antara muara sungai dan laut, untuk bisa dilatih cara awal mengamankan buaya, sehingga jangan sampai satwa itu menjadi cacat.

"Ini memang perlu teknik khusus dari tim yang sudah dapat pendidikan untuk turun sosialisasi ke lapangan, bagaimana cara penanganannya. Tim satgas elit kita yang menangani buaya dan terus akan kita bekali untuk makin sempurna cara kerjanya,"jelas Timbul.

Dia pun mengimbau kepada masyarakat terutama yang bermukim di pesisir dan di muara sungai, agar tetap berhati-hari, karena buaya ini memang hidupnya sebagian sudah dialihfungsikan habitatnya.

Sehingga, buaya akan pergi ke tempat nyaman untuk cari makan, termasuk ternak warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com