Hal itu bertujuan agar tangan terbebas dari infeksi. Menurutnya, bisa jadi saat berpegangan tangannya kemudian terinfeksi lalu memegang makanan.
"Setelah makanan kemudian masuklah virus tersebut," kata Eko.
Baca juga: Ini Kronologi Mewabahnya Hepatitis A di Pacitan
3. Kebersihan sanitasi dan makanan menjadi sorotan
Selain kebersihan lingkungan, faktor lain yang menjadi sorotan adalah persoalan air dan makanan yang tercemar hepatitis A.
Kondisi terbukti dari hasil pemeriksaan sumber air yang biasa diambil warga untuk kebutuhan hidup positif tercemar bakteri e-coli.
Menurut Eko, warga yang terinfeksi hepatitisi A awalnya mengalami gejala seperti kencing berwarna gelap, hilang nafsu makan, nyeri pada sendi, mual, dan muntah.
Selain itu riwayat pernah berada di daerah yang pernah ada warganya yang positif hepatitis A.
Eko menuturkan, hepatitis A kategori hepatitis ringan sehingga tingkat kematian paling rendah dengan skal 0,13 persen. Kendati demikian, jajarannya tidak boleh lengah.
"Selama virus belum hilang mengganggu kinerja tubuh. Bila menyerang anak, tidak bisa bersekolah," katanya.
Baca juga: Cegah Hepatitis A, Dinkes Depok Imbau Anak-anak Bawa Bekal dari Rumah
4. Cara penularan wabah hepatitis A
Eko menjelaskan, awal mula munculnya dugaan virus hepatitis A setelah pihaknya mendapat laporan dari Puskesmas Kecamatan Sudimoro.
Saat itu, puskesmas tersebut merawat 24 pasien dengan ciri-ciri sama pada 14 Juni.
Sekitar tiga hari kemudian, tepatnya pada 17 Juni, dilakukan pemantauan serta penyelidikan epidemiologi setelah banyak pasien berdatangan memenuhi seluruh ruangan puskesmas di Kecamatan Sudimoro.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penyelidikan, penyakit tersebut juga mulai meluas ke wilayah kecamatan lain, yakni Ngadirojo dan Kecamatan Tulakan.
Dinas kesehataan setempat segera mengambil sampel darah untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi.