Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raih Emas di Korea, Beras Analog Inovasi Mahasiswa UB Mampu Lawan Malnutrisi

Kompas.com - 30/06/2019, 08:50 WIB
Andi Hartik,
Khairina

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Beras analog inovasi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) sukses meraih medali emas dalam even Korean International Woman Infention and Exposition (KIWIE) 2019 yang berlangsung selama empat hari Kamis-Minggu, 20-23 Juni 2019 di Hall 9B, Exhibition Center 2, Korea International Exhibition Center (KINTEX), Seoul, Korea Selatan.

Di hadapan dewan juri yang terdiri dari para ilmuwan dan praktisi industri Korea dan Singapura, inovasi berjudul Greenola (Green Rice Analog) itu meraih poin tertinggi.

Mahasiswa yang terlibat langsung dalam inovasi tersebut yakni Zelviana Putri, Faudina Nurin Nisa, Nanda Triachdiani, Maharani Dewi Utami dan Nur Aisya Indiani dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UB.

Baca juga: Inovasi Mahasiswa Undip, Ubah Limbah Jelantah Jadi Krayon Warna

Aisya mengatakan, inovasi tersebut berawal dari tingginya konsumsi beras di sejumlah negara. Termasuk di Indonesia.

"Beras merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Asia seperti Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea dan Thailad. Akan tetapi tingginya permintaan beras tidak diimbangi dengan produksi beras dalam negeri. Salah satunya Indonesia yang harus mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan konsumsi beras," katanya melalui pesan tertulis kepada Kompas.com, Sabtu (29/6/2019).

Beras analog itu terdiri dari tepung tapioka, sorghum serta ekstrak daun kelor. Tapioka mengandung 94,74 persen karbohidrat, 1,63 persen lemak, 1,71 persen protein dan 17,338 persen air.

Sedangkan tepung sorghum mengandung 79,08 persen karbohidrat, 5,27 persen lemak, 13,51 persen protein serta 9,94 persen air.

Sementara ekstrak daun kelor mengandung 27,1 gram protein, 1324 miligram potassium, 2003 miligram kalsium dan 28,2 gram zat besi serta ampuh melawan malnutrisi.

Kombinasi tapioka, sorghum dan ekstrak daun kelor yang kaya zat gizi tersebut mampu menghasilkan beras dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding beras konvensional sehingga ampuh melawan malnutrisi.

"Dibutuhkan adanya diversifikasi pangan menggunakan bahan pangan lokal lainnya untuk dijadikan sebagai beras analog yaitu menggunakan tepung tapioka dan sorghum," katanya.

"Beras analog ini juga difortifikasi dengan ekstrak daun kelor karena kandungan gizinya yang tinggi sehingga dapat melawan malnutrisi," jelas Aisya.

Baca juga: PBB Puji Inovasi Ridwan Kamil Menata Kota

Selain memperoleh medali emas, mahasiswa tersebut juga berhasil meraih medali perak untuk penelitian yang berjudul Striber (Sansevieria trifasciata bio air filter and freshner). Penelitian tersebut mengoptimalkan lidah buaya sebagai penyegar udara sekaligus aroma terapi.

Berdasarkan hasil penelitian itu, kandungan pregan glycoside pada daun lidah buaya mampu mengurai racun menjadi asam organik serta asam amino lainnya. Sehingga, selain menyegarkan udara juga bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Tidak hanya itu, mereka juga meraih medali perunggu dengan inovasinya yang berjudul 'Nony Pouch, biopesticide pouch with mahogany leaves extract and activated carbon'.

Inovasi nony pouch memanfaatkan karung beras  yang dibentuk sedemikan rupa seperti kantong teh celup untuk menghalau hama beras.

Untuk diketahui, KIWIE 2019 merupakan ajang internasional yang dilaksanakan oleh Korean Intellectual Property Office (KIPO) dan Korean Womens Inventors Association (KWIA). Acara ini didukung oleh Kementerian Sains dan Teknologi Korea, Kementerian Pangan, Pertanian Kehutanan dan Perikanan Korea, Kementerian Ilmu Ekonomi Korea, Kementerian Persamaan Gender Korea, Pemerintah Kota Seoul dan World Intellectual Property Organization.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com