Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hariyani, Seorang Diri Mengasuh 3 Cucunya yang Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 28/06/2019, 12:06 WIB
Sukoco,
Rachmawati

Tim Redaksi

MAGETAN , KOMPAS.com - Hariyani, seorang nenek Magetan mengasuh tiga cucunya yang berkebutuhan khusus seorang diri selama bertahun-tahun. Saat ini, satu cucunya yang tuna netra bersekolah di Madiun dan pulang setiap 2 minggu sekali.

Mata Dewi (20) terlihat berbinar menyaksikan penampilan artis dangdut di televisi 14 inci yang diletakkan di sudut ruangan 1,5 X 3 meter.

Meski gambar di televisi sudah mulai pudar, dia begitu menikmati alunan dangdut. Matanya sesekali melirik ke Kompas.com yang berkunjung ke rumahnya di Desa Suratmajan Kabupaten Magetan Jawa Timur, Kamis (27/6/2019)

Sementara Rizki Prasetyo (17) adik Dewi terlihat menempelkan punggungnya di tembok persis di depan tv. Tangannya sesekali bergerak mengikuti alunan musik.

Baca juga: Kisah Nenek 72 Tahun Lumpuhkan Penjahat, Korban Terseret 20 Meter hingga Pelaku Tewas

Selama 15 tahun terakhir, menonton televisi adalah satu-satunya hiburan yang mereka lakukan.

Dewi terlahir dengan tangan dan kaki tidak normal sehingga tidak bisa difungsikan. Dia juga tidak bisa berbicara. Untuk berkomunikasi dia hanya mengeluarkan suara mirip erangan.

Sementara Rizki, kondisi dua kakinya tidak normal dan satu matanya buta. Sedangkan Danang, cucu bungsunya penyandang tuna netra.

“Sukanya mereka berdua nonton dangdut. Televisi itu nyala terus selama mereka belum tidur. Wong itu satu satunya hiburan buat mereka,” ujar Hariyani (56) yang selama ini mengasuh mereka seorang diri.

Meski sama sama suka musik dangdut, kakak beradik tersebut sering berselisih saluran televisi mana yang harus diputar.

“Dewi ini sukanya Saipul Jamil, kalau ada di TV dia suka tertawa kencang. Sementara Rizki sukanya dangdut di JTV. Makanya suka berebut saluran,” imbuhnya.

Baca juga: Cerita Nenek 72 Tahun Gagalkan Aksi Penipuan, Korban Terseret 20 Meter dan Pelaku Tiba-tiba Tewas

"Kalau Danang terlahir dengan tangan dan kaki normal tapi mengalami kebutaan,” ujarnya.

Kedua kakak beradik tersebut ditempatkan di sebuah kamar 1,3 X 3 meter  yang terletak di belakang rumah, agar keduanya mudah ke kamar mandi untuk BAB, BAK, dan mandi.  Lantai kamar sengaja di keramik agar mudah dibersihkan.

Saat Hariyani berbincang dengan Kompas.com, Dewi terdengar mengerang lirih. Hariyani berkata, mengerang menjadi satu-satunya cara Dewi berkomunikasi dengannya selain dengan pandangan mata. Dia mengatakan, jika saat itu Dewi ingin dia membersihkan bibirnya yang terkena ingus.

Hariyani mengaku hanya dirinya yang bisa memahami bahasa tubuh dari cucunya tersebut.

“Tangan dan kakinya itu sudah kaku. Jadi ya hanya dengan matanya atau mengerang untuk minta sesuatu,” katanya.

Baca juga: Nenek Temukan Bayi Depan Rumah, Dibawa ke Puskesmas dan Polisi Ternyata Cucu Sendiri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com