Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Pekalongan Prihatin Siswa SD Bakar Piagam karena Tak Diterima di SMPN Impian

Kompas.com - 28/06/2019, 12:03 WIB
Ari Himawan Sarono,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


PEKALONGAN, KOMPAS.com - Bupati Pekalongan Jawa Tengah Asip Kholbihi mengaku prihatin atas kejadian yang dialami Y (12).

Bocah yang baru beranjak remaja tersebut membakar belasan piagam penghargaan yang diperolehnya saat duduk di bangku sekolah dasar.

Pembakaran piagam penghargaan yang dilatarbelakangi kekecewaan lantaran tidak diterima di sekolah favorit jadi viral.

Saat dihubungi via aplikasi WhatsApp, Bupati yang saat ini berada di Spanyol berharap kejadian yang dialami Y tidak terulang.

Baca juga: Kecewa Tak Diterima di SMPN Impian, Siswa SD Berprestasi Ini Bakar 15 Piagam

"Ke depan kami carikan jalan keluar terbaik bagi para siswa yang berprestasi," kata Asip, Jumat (28/6/2019).

Kecewa karena tidak diterima di SMP negeri impiannya, Y, siswa berprestasi sebuah SD negeri di Pekalongan membakar belasan piagam penghargaan pada Minggu (23/6/2019) lalu. Aksi ini sempat viral di media sosial.

Y putra pasangan Sugeng Witoto (50) dan Sukoharti (45). Sugeng Witoto membenarkan aksi nekat anak ketiganya itu karena kecewa tidak diterima di sekolah favoritnya.

Y merasa, piagam-piagam tersebut tidak berlaku lagi dengan kondisi saat ini.

Piagam-piagam tersebut merupakan piagam kejuaraan seni dan agama yang diikuti dan beberapa menyabet juara satu tingkat Kabupaten Pekalongan.

Berbagai kejuaraan yang diikuti dan berhasil menyabet juara satu di antaranya menulis halus, cerita islami, tilawah, azan, nyanyi solo, nyanyi grup, dan dokter kecil.

Dia menuturkan, ada sekitar 15 piagam penghargaan yang dibakar. 

"Anak saya juga selalu masuk dan memiliki ranking di kelasnya. Mungkin berpikiran piagam-piagam tidak membantu dirinya masuk ke SMP Negeri 1 Kajen (sekolah yang diinginkan), jadi akhirnya dibakar," kata Sugeng.

Anaknya mendaftar ke SMPN 1 Kajen dengan menggunakan sistem zonasi karena wilayah rumahnya berjarak 2.000 meter dari sekolahan yang didaftar.

Baca juga: 4 Fakta Siswa Berprestasi Bakar 15 Piagam, Kecewa Tak Masuk SMP Impian hingga Ditolak karena Sistem Zonasi

Minimnya sosialisasi Dinas Pendidikan terkait PPDB yang melalui tiga jalur, yakni jalur zonasi, jalur berprestasi, dan jalur perpindahan orangtua, membuat anaknya terjebak dalam zonasi.

"Hari pertama pendaftaran saya mengantarkan anaknya melakukan pendaftaran online tetapi melalui jalur zonasi. Saya, sebagai orangtua kecewa. Kami sudah mendaftar ke jalur prestasi kata pihak sekolah (SMP) tidak bisa, harusnya daftar di sekolah di luar zonasi," ujar dia.

Dirinya mengungkapkan kendati kecewa dengan sistem yang ada, ia tetap melanjutkan anaknya masuk sekolah swasta agar tidak kecewa berkelanjutan.

"Anak saya sudah didaftarkan ke SMP Muhammadiyah 1 Kajen dan seharusnya dengan sistem seperti ini pihak pemerintah menyediakan banyak sekolah negeri dulu," kata dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com