Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guru di Pedalaman Papua, Ajarkan Pancasila dan Lagu Indonesia Raya

Kompas.com - 28/06/2019, 10:10 WIB
Rachmawati

Editor

JAYAPURA, KOMPAS.com - Diana Cristian Da Costa Ati (23), seorang guru di pedalaman Kabupaten Mappi, Provinsi Papua, mengaku prihatin dengan anak-anak usia sekolah yang kurang mendapatkan perhatian di bidang pendidikan dasar.

Ia mengajarkan lagu Indonesia Raya dan Pancasila pada murid-muridnya.

"Dulunya, sekitar November 2018, anak-anak SD Inpres Kaibusene, Distrik Haju, Kabupaten Mappi sama sekali tidak bisa menyebutkan identitas negara Indonesia. Mereka menyebutkan warna bendera Indonesia adalah Bintang Kejora," katanya dalam rilis yang diterima Antara di Kota Jayapura, Papua, Kamis (27/6/2019).

Baca juga: TNI di Nduga Papua Bagi-bagi Buku dan Mengajar Warga dari Rumah ke Rumah

Lagu Indonesia Raya pun, kata dia, tak bisa dinyanyikan oleh murid kelas 6, paling fatal lagi Pancasila tidak bisa dihafalkan sama sekali.

"Saya menangis pertama kalinya mau dibawa kemana nasib anak-anak ini? Mau salahkan siapa? Kondisi sekolah yang terbatas dengan segala fasilitasnya. Ruangan kelas cuma tiga, sehingga anak-anak yang belajar harus bercampur," katanya.

"Atau karena kurangnya tenaga pendidik? Atau karena malasnya pendidik turun tinggal di daerah sejuta rawa dan ikan betik itu? Yang pasti bukan salah anak didik saya. Hal kecil tapi sangat miris ketika di dengar," sambungnya.

Namun, hal itu ungkap dia, telah berbeda setelah anak-anak di SD Inpres Kaibusane mendapatkan perhatian soal pendidikan.

Sebagai seorang guru, Diana mengaku bersama rekan-rekannya menyiapkan perpustakan mini dengan jumlah buku sebanyak 500 buku untuk dibaca setiap pukul 16.00 WIT.

Baca juga: Perawat di Papua Barat Harap Tak Ada Lagi Korban Tenaga Kesehatan

"Beda dengan sekarang semenjak Februari 2019, anak-anak didik saya mengalami banyak perubahan. Mereka punya mimpi yang sangat besar," kata alumnus Universitas Nusa Cendana itu.

Dalam curahan hati para anak didiknya, Diana mengatakan banyak hal yang disampaikan. Misalnya mulai bosan dengan kehidupan kesehariannya, ingin tidur di kasur yang empuk, naik mobil dan ingin rasakan terbang naik pesawat seperti pada pejabat di Jakarta.

"Mereka berkata,...Ibu sa su capai ka begini terus, saya mau naik pesawat kayak bapak-bapak dorang di Jakarta sana. Naik mobil mewah, sa tra pernah naik mobil Ibu guru? Sa mau tidur di atas spon, sa mau minum air bersih, sa mau jadi orang hebat ibu...," katanya mengutip curahan hati para muridnya.

Dengan niat ingin mengubah nasib mereka, Diana mengaku memacu motivasi anak didiknya untuk giat belajar walau kadang dengan segala keterbatasan buku yang dimiliki, tetapi harus tetap latihan membaca dan menulis.

Baca juga: 5 Fakta Kematian Mantri Patra di Papua, Bupati Kritik Berita hingga Keluarga Minta Jenazah Dipulangkan

"Mereka mau lakukan semuanya sebab mereka mulai paham pendidikan itu merupakan pedoman menuju kehidupan yang layak. Mereka tidak lagi ke hutan. Kami guru bersikeras berkata kepada orang tua agar tidak mengajak anaknya untuk meramu di hutan," katanya.

Kini, kata dia, semua lagu nasional sudah bisa dinyanyikan, bahkan bahasa Inggris ajaran dasar pun sudah bisa mereka sebutkan dan pahami maksudnya.

"Saya percaya ketika seorang guru bekerja dengan niat baik, leluhur dan nenek moyang orang Papua merestui bahkan Tuhan melihat semua ketulusan kita maka diberkati semua usaha kita, walau kadang banyak yg berkata, 'kalian bertahan? Kalau bukan kita siapa lagi?," katanya.

Diana berharap adanya perhatian lebih soal pendidikan di pedalaman Papua oleh pemerintah daerah, provinsi dan pusat, sehingga anak-anak yang berada di ujung timur Indonesia itu bisa berdiri sejajar dengan saudara lainnya di nusantara.

Baca juga: Penjemputan Mantri Patra di Pedalaman Papua Terkendala Heli

"Saya Papua, Saya Indonesia. Begitu kata anak didik saya yang bermimpi suatu saat nanti seiring matahari terbit di ufuk timur ini, mereka yang kulitnya hitam dan rambutnya keriting bisa menjadi orang nomor 1," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com