Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Pasar Pawai Pakai Baju Adat ketika Pindah Boyongan

Kompas.com - 27/06/2019, 16:16 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Pedagang pasar tradisional boyongan pindah diwarnai dengan  kirab.

Mereka pakai kostum adat dan jalan beriringan menuju lokasi pasar yang baru di sebelah Barat dari palang pintu kereta api di Kota Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ratusan pedagang berbaris rapi sambil diiringi hadrah atau kesenian bernafaskan Islam khas Kulon Progo.

Boyongan pedagang menarik perhatian warga Wates. Para pedagang itu mempercantik diri dalam balutan baju adat Jawa.

Perempuan pedagang pakai kebaya dan jarit. Beberapa di antaranya ada yang mengenakan sanggul.

Beberapa pria mengenakan blangkon, surjan, jarit tanpa keris menyelip di pinggang. Semua orang mengenakan sandal.

Baca juga: Semua Sampel Ikan Asin di Pasar Tradisional Purbalingga Mengandung Formalin

Beberapa pedagang berjalan sambil menenteng beberapa dagangannya. "Sekalian nguri-uri kabudayan saja,” kata Kasinem, 54 tahun, warga Desa Ngento, Kecamatan Pengasih, di tengah boyongan, Kamis (27/6/2019). Kasinem pedagang nasi rames.

Pasar yang dikenal sebagai Pasar Teteg Kulon atau sebelah Barat dari pintu kereta api, pindah 600 meter dari tempat semula.

Teteg Kulon sendiri berada di tengah kota atau hanya sekitar 100 meter dari alun-alun Wates.

Terdapat 47 pedagang los dan 24 pedagang kios di pasar ini. Itu belum termasuk pedagang yang lesehan.

Jamaknya pasar tradisional, mereka ada menjual ayam dan ikan, sayur, penggiling daging untuk bakso, hingga kelontong.

Baca juga: Makanan Berformalin dan Pewarna Tekstil Ditemukan di Pasar Tradisional Purwokerto

Ucapan rasa syukur

Pemerintah Kulon Progo berniat merevitalisasi lebih dari 6 pasar tradisional hingga tahun 2022, baik pindah maupun renovasi. Dua di antaranya sudah pindah tanpa hambatan tahun ini.KOMPAS.com/DANI J Pemerintah Kulon Progo berniat merevitalisasi lebih dari 6 pasar tradisional hingga tahun 2022, baik pindah maupun renovasi. Dua di antaranya sudah pindah tanpa hambatan tahun ini.
Kirab para pedagang pasar menjadi gambaran ucapan syukur atas kepindahan ini. Pemerintah dan pedagang menyambut gembira kepindahan ini.

Pasalnya, kepindahan pasar semacam ini bukan perkara mudah. Banyak tantangan harus dilewati, mulai dari ketegangan di antara warga pedagang dengan pemerintah hingga tawar menawar yang rumit.

Ketegangan dimaklumi lantaran pedagang sudah bertahan di sana puluhan tahun lamanya.

Setelah melewati perjalanan negosiasi panjang, para pedagang pasar pun bersedia pindah tanpa ada desakan dari mana pun. Pada akhirnya, kepindahan pun tidak berakhir dengan kegaduhan.

Baca juga: Pasar Tradisional di Bandung, 99 Persen Instalasi Kelistrikannya Bermasalah

“Menghadapi emak-emak ini memang harus punya usus yang panjang, kalau tidak maka bisa sakit. Emak-emak itu kemampuan menawarnya sangat hebat. Mereka (mau pindah tapi) minta semua serba gratis, parkir gratis, sampah gratis, sampai Rp 500 saja di-enyang (ditawar),” kata Harsono, Ketua Pengelola Pasar Bela Beli Barteg, Suharsana.

Pasar baru yang mereka tempati dinamai Pasar Bela Beli Barteg (Barat Teteg). Nama ini diambil dari posisinya yang memang berada di sebelah Barat dari pintu rel kereta api Wates.

Kepindahan pasar tradisional Teteg Kulon merupakan salah satu bagian dari rencana pemerintah untuk merevitalisasi seluruh pasar tradisional yang ada di Kulon Progo.

Revitalisasi itu meliputi perbaikan hingga pemindahan ke lokasi yang baru.

Pasar-pasar yang bakal direvitalisasi itu di antaranya dinilai kumuh dan tidak nyaman, apalagi mengganggu kepentingan umum yang lain.

Baca juga: Ada di Purwokerto, Pasar Tradisional dengan Pengelolaan Terbaik di Indonesia

“Yang tidak memenuhi syarat yang kita pindah. Seperti, pasar kewan (hewan) yang umbyuk-umbyukan (terlalu padat) juga kita pindah. Pasar burung kita pindah,” kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo usai meresmikan pasar Barteg ini.

Pasar lain yang direvitalisasi

Ke depan masih akan ada lagi pasar yang perlu perbaikan maupun pemindahan. Selain Pasar Barteg, setidaknya ada beberapa pasar lain, seperti Pasar Glagah yang bakal kena pelebaran jalan maupun terkena pembangunan rel kereta api bandara.

Kemudian Pasar Burung, Pasar Clereng, pasar yang menuju kecamatan Lendah, Pasar Cangaan, dan Pasar Cublak di Kecamatan Girimulyo. Pasar dekso juga dijadwalkan renovasi.

Sedangkan Pasar Bendungan di Wates, belum lama ini pindah ke lokasi baru di Desa Bendungan.

Baca juga: Blusukan ke Pasar Tradisional dan Modern, Jokowi Cek Harga Beras

Peningkatan kualitas pasar diharapkan bukan hanya menjadikan pasar tradisional tempat belanja semata, namun sekaligus tempat hiburan. Pengembangan pasar pun memiliki konsepnya masing-masing.

Misal, pasar hewan dan pasar burung itu ada taman seperti kebun sehingga bisa untuk perlombaan burung ataupun hewan.

Sedangkan pada pasar Barteg ada tempat hiburan anak juga karaoke sebagai tempat hiburan modern. “Artinya ibunya belanja maupun jualan, anak bisa dititipkan (bermain) di sini,” kata Hasto.

Pemerintah tidak melakukan sendiri untuk mewujudkan kualitas pasar seperti ini. Pihak swasta pun tertarik untuk terlibat dalam mengelola pasar, seperti pada pasar Barteg ini.

“Pembangunan pasar ini (rencana) selesai pada 2022, harapannya di periodisasi saya,” kata Hasto.

Baca juga: Hari ke-6, Pencarian Legenda Persis Solo Ferry Anto Difokuskan ke Pantai Kulon Progo

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com