Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Luki, Petani yang Sukses Budidayakan Jagung Warna-warni

Kompas.com - 27/06/2019, 09:32 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Rachmawati

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Sosok Luki Lukmanulhakim (45) tengah menyita perhatian publik setelah berhasil mengembangkan variasi warna pada jagung jenis glass gem corn rainbow.

Petani asal Kampung Lebak Saat, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini mampu menghasilkan 12 variasi warna baru dari empat jenis warna jagung yang dia ditanam.

Warna-warna yang dihasilkannya pun cukup mencolok mulai warna kuning corak kehitam-hitaman, biru tua, berwarna seperti mutiara, hingga mirip motif batik.

Selain menanam jagung jenis glass gem corn rainbow sejak dua tahun terakhir, Luki ternyata senang mengoleksi bibit dan benih tanaman melalui rekayasa genetik.

Baca juga: Petani Ini Sukses Budidayakan Jagung Warna-warni

“Saya mengoleksi plasma nutfah ini sudah sejak tahun 2000-an, sejak terjun menjadi petani. Lebih ke arah hobi dan idealisme untuk ikut melestarikan plasma nutfah sebagai sumberdaya genetik. Terlebih jenis tanaman lokal yang ternyata kualitasnya tidak kalah bagus terutama dalam rasa dan kandungan gizinya,” tutur Luki saat ditemui Kompas.com di kebunnya, Rabu (26/6/2019) petang.

Selain varietas jagung yang telah berhasil dikembangkannya, sebelumnya sarjana pertanian ini juga pernah melakukan rekayasa genetik pada buncis, labu, cabai, tomat, wortel, bunga matahari, kenikir, aster, dan jenis tanaman atau sayuran lainnya.

“Benih awal saya beli dari toko atau dapat dari teman, ditanam. Setelah panen diambil atau dibenihkan bijinya untuk dikoleksi, untuk ditanam kembali sehingga tidak perlu membeli lagi,” sebut Luki.

Dalam proses tersebut ternyata Luki menghasilkan jenis tanaman yang berbeda dari bentuk asalnya, seperti yang terjadi pada jagung warna warninya itu.

“Tanaman yang berbeda ini kemudian dipisahkan dan menjadi jenis yang baru,” ucapnya.

Baca juga: Sempat Dikira Mainan, Jagung yang Ditanam di Cianjur Ini Punya 12 Warna

Luki mengaku, awalnya benih yang dihasilkannya itu hanya untuk kebutuhan kebunnya sendiri. Namun setelah koleksinya banyak dan beragam, ia pun mulai menjualnya.

“Jadi usaha saya sekarang selain usaha pokok menjual produk segar, juga (jualan) dalam bentuk benih. Namun masih untuk kalangan terbatas saja, tidak secara masif dikomersialkan,” ucapnya.

Meski begitu, Luki mengakui jika menjual benih atau bibit tanaman lebih memiliki nilai ekonomis dibandingkan menjual produk segar.

“Misalnya jagung warna warni ini. Kalau dijual segar paling Rp 8.000-Rp10.000 per kilogram, tetapi kalau dijual dalam bentuk benih, dari 1 kilogram segar bisa diperoleh sekitar 1000 biji benih. Kalau harga Rp100 per butirnya saja maka diperoleh Rp 100 ribu per kilogram. Tapi ini juga tergantung permintaan pasar, karena industri benih di Indonesia sudah sangat ketat persaingannya,” tuturnya.

Terapkan Konsep Biodynamic Farm

Luki Lukmanulhakim, petani asal Cianjur, Jawa Barat yang terus berinovasi dalam merekayasa genetik tanamanIstimewa Luki Lukmanulhakim, petani asal Cianjur, Jawa Barat yang terus berinovasi dalam merekayasa genetik tanaman
Saat mengelola lahan pertaniannya, Luki selalu menerapkan konsep biodynamic farming, yaitu kebun yang di dalamnya melibatkan aspek-aspek ekologi, nilai-nilai spiritual ,serta memerhatikan kearifan lokal seperti adat  dan kebiasaan di sekitar lokasi kebun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com