Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tulisan Mengharukan Mantri Patra Sebelum Meninggal Saat Bertugas di Papua

Kompas.com - 26/06/2019, 15:28 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tenaga Kesehatan yang terserang malaria di lokasi pengabdiannya, Patra Marinna Jauhari (31) diketahui menuliskan surat dengan tulisan tangan beberapa saat sebelum kematiannya.

Surat yang ditulis dengan tinta hitam di atas selembar kertas bergaris tersebut tersebar luas melalui media sosial sejak beberapa hari lalu.

Salah satunya diunggah akun Twitter dengan nama Timur Matahari, @jayapuraupdate pada Minggu (23/6/2019).

Pesan utama yang ia tuliskan dalam suratnya adalah tentang pengabdian menjadi seorang pelayan kesehatan bagi masyarakat pedalaman. Tugas itu berat, namun harus ia tunaikan karena besarnya harapan masyarakat terhadap tenaga kesehatan.

Baca juga: 5 Fakta Kematian Mantri Patra di Papua, Bupati Kritik Berita hingga Keluarga Minta Jenazah Dipulangkan

Begini bunyi tulisan tangan Petra sebelum kematiannya:

“Baju Putih Kering Berkeringat”

Inilah kalian... baju putih berkeringat yang dihiasi debu. Meski tampak menjijikkan dengan pekerjaanmu saat kalian mendekati mereka.

Hanya doa yang selalu kalian haturkan pada Tuhan di setiap tanah gersang hujan. Keringat kalian ada bagi mereka, untuk mereka.

Sambil sesekali merayu kepada Tuhan, kapan semua berakhir.

Namun tugas dan tanggung jawab berpihak pada kalian. Dengan tingkah laku dan jiwa yang mencintai mereka. Jiwa yang tidak berdosa, ditinggal sakit.

Kalian datang dengan harapan semua sehat. Bandir pohon menjadi bantal bagi kalian.

Tanpa menghaturkan sepatah kata pun kalian berjalan menembus hutan. Tidak ada kata sungut di bibir. Kalian tetap berharap baju putih adalah teman setia di mana keringat itu ada.

Biar semua orang menatap kalian, biar semua orang betah dengan kalian. Kalian tahu asal kalian terlalu tinggi menjangkau langit tak pasti.

Tetap di sela-sela doa terdengar.

Tuhan.. Kami mau mereka rasa tangan kami. Tuhan.. Kami mau mereka rasa damai kerja kami.

Kami tidak tuntut banyak, berikan kami kesehatan dan umur panjang biar bisa berkarya.

Surat tulisan tangan Patra sebelum meninggalTwitter/@jayapuraupdate Surat tulisan tangan Patra sebelum meninggal

Diunggah di Facebook

Saat dikonfirmasi, admin Twitter @jayapuraupdate, menyebut bahwa surat tersebut benar milik Patra. Foto diambil dari akun Facebook miliknya dengan nama Kevin Mangolo Jauhari.

"Dari laman Facebook almarhum," kata pengelola akun yang hanya mau disebut Pace Admin, saat dihubungi Rabu (26/6/2019).

Baca juga: Kisah Mantri Patra, Meninggal dalam Kesendirian Saat Bertugas di Pedalaman Papua

Surat dari Patra ini juga bayak dibagikan oleh teman sejawatnya yang sama-sama bertugas sebagaui tenaga kesehatan di RSUD Teluk Wondama.

Misalnya, yang disampaikan akun Facebook Sandra R Pane. Ia menyampaikan ungkapan kehilangan dan bela sungkawa sebagai seorang teman sejawat yang sudah cukup lama mengenal Patra.

Sandra juga menyinggung soal surat tulisan tangan Patra yang menurutnya sudah menunjukkan kondisi payah yang dialami oleh rekannya itu.

"Tulisan tanganmu mengisyaratkan kau sudah tak mampu.Tapi tugas dan tanggung jawab menuntutmu harus tetap bertahan hingga detik darah penghabisan, hingga ada yang datang menjemputmu. Selamat jalan adikku... Selamat jalan... Sampai jumpa di Yerusalem Baru," tulis akun Sandra dalam salah Facebook-nya."

Kompas.com berusaha meminta konfirmasi kepada Sandra, namun belum mendapat respons.

 

Meninggal dalam tugas

Patra yang bertugas sebagai mantri meninggal pada Selasa, 18 Juni 2019 di Kampung Oya, Distrik Naikere, Teluk Wondama, Papua Barat.

Namun, kabar kematiannya baru diterima pihak Kabupaten empat hari setelahnya, Jumat (21/6/2019). Hal ini dikarenakan lokasi kampung yang jauh dari pusat pemerintahan dan aksesnya masih begitu sulit dijangkau dengan jalur darat.

Temannya bertugas dikabarkan tengah menempuh perjalanan ke Kabupaten yang harus ditempuh selama empat hari. Namun, belum sampai di tempat tujuan, Patra sudah meninggal karena sakit yang dideritanya.

Lulusan Akademi Keperawatan Kamanre Palopo, Sulawesi Selatan ini bertugas di RSUD Teluk Wondama sejak 2009. Namun, ia tengah menjalankan tugas memberi layanan kesehatan di pedalaman wilayah tersebut.

Proses pemakaman Mantri Patra di Wasior, Papua Barat, Senin (24/6/2019).Facebook/Diyanto Sarira Proses pemakaman Mantri Patra di Wasior, Papua Barat, Senin (24/6/2019).
Sedianya, tugas itu hanya dibebankan kepadanya selama tiga bulan dan akan digantikan dengan tenaga kesehatan lainnya. Akan tetapi, helikopter tidak kunjung datang menjemputnya meski waktu penugasan sudah lama berlalu.

Hingga akhirnya ia mengembuskan napas terakhirnya dan dimakamkan di tanah tempatnya mengabdi 10 tahun terakhir dalam hidupnya, pada Senin (24/6/2019) lalu.

Pemakaman itu dihadiri oleh sang kakak yang terbang dari Palopo ke Wasior, mengingat Patra adalah sosok yatim piatu.

Keterangan ini didapat dari laman Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

"Jenazah dinyatakan tidak memungkinkan untuk dibawa pulang ke Paolopo, Sulawesi Selatan dikarenakan kondisi jenazah sudah tidak memungkinkan," tulis keterangan di laman tersebut.

Padahal, pihak keluarga begitu berharap jenazah Patra dapat diterbangkan dan dimakamkan di Sulawesi Selatan. Namun, karena berbagai kondisi, hal itu tidak mungkin dilakukan. Salah satunya karena kondisi jenazah yang sudah meninggal beberapa hari lamanya.

Hal ini disampaikan kerabat almarhum, Eky Arisandi.

"Keluarga besar inginnya jenazah dimakamkan di Palopo karena keluarga besar semua ada di sana. Mayatnya sudah diformalin harusnya kan awet yah bisa dipulangkan. Tapi ini tetap juga tidak bisa," tutur Eky di kantor Tribun Timur, Sabtu (22/6/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com