Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Perindustrian: Logam Tanah Jarang Perlu Diprioritaskan untuk Kendaraan Listrik

Kompas.com - 23/06/2019, 18:25 WIB
Heru Dahnur ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pengolahan mineral ikutan timah, logam tanah jarang, di Kepulauan Bangka Belitung, perlu segera diprioritaskan, seiring keinginan pemerintah dalam mendorong pengembangan kendaraan listrik.

"Mineral ikutan logam tanah jarang sebagai bahan baterai. Ini akan dibutuhkan di masa depan," kata Airlangga, seusai menghadiri pertemuan di Pangkal Pinang, Sabtu (22/6/2019).

Dia menuturkan, industri perlu didorong untuk mulai mengelola mineral ikutan timah yang produksinya melimpah.

Baca juga: Logam Tanah Jarang Jadi Harapan Indonesia Mengembangkan Mobil Listrik

 

Selama ini, bahan baku justru dialihkan ke luar daerah, sehingga Kepulauan Bangka Belitung masih terbatas pada produksi timah batangan.

"Yang dipermasalahkan seringnya soalnya pengolahan bijih timah. Ini kan sedikit dan tidak berdampak. Justru yang mineral ikutan ini perlu dikembangkan," ujar dia.

Logam tanah jarang atau rare earth element (REE) di alam relatif melimpah. Umumnya, unsur tanah jarang dijumpai di mineral ikutan, seperti bastnaesit, monasit, xenotim, apatit, dan zirkon.

Badan Geologi mengidentifikasi daerah yang potensial mengandung REE adalah daerah dengan batuan penyusun granit tipe S atau seri ilmenit (yang menghasilkan mineralisasi timah dengan mineral ikutan), yang bisa dijumpai di sepanjang sabuk timah yang memanjang ke selatan dari Kepulauan Riau sampai Bangka Belitung, serta di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

US Geological Survey (USGS) menaksir pada akhir 2017 lalu, total cadangan REE mencapai 120 juta ton. Dari jumlah tersebut, negara dengan cadangan terbesar, sekitar 44 juta ton adalah China, disusul sebanyak 22 juta ton di Brasil dan 18 juta ton di Rusia.

Baca juga: Jepang Temukan Tambang Mineral Tanah Jarang yang Nyaris Tak Terbatas

Kebutuhan dunia unsur tanah jarang diperkirakan mencapai 136.000 ton per tahun, dengan produksi dunia sekitar 130.000 ton di mana kekurangannya dipenuhi dari produksi tambang sebelumnya.

Produsen terbesar adalah China 105.000 ton dan Australia 20.000 ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com