Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Konawe Utara Menangis Saat Pemaparan Kondisi Banjir di Hadapan Menteri PUPR

Kompas.com - 21/06/2019, 06:47 WIB
Kiki Andi Pati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KENDARI, KOMPAS.comBupati Konawe Utara, Ruksamin memaparkan kondisi bencana banjir yang menerjang wilayahnya di hadapan rombongan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono dan Komisi V DPR RI dalam rapat koordinasi yang digelar di ruang rapat Kantor Gubernur, Kamis (20/6/2019).

Pertemuan itu menjadi memon penting bagi Ruksamin untuk menyampaikan kondisi wilayah yang dipimpinnya sejak banjir melanda 7 kecamatan.

Ruksamin tak kuasa menahan kesedihan hingga tak sadar meneteskan air mata, ketika menceritakan ada warganya menyelamatkan diri dari terjangan banjir dengan memanjat pohon sebelum dievakusi Tim Basarnas Kendari.

Baca juga: Atasi Banjir di Konawe, Kementerian PUPR Bangun 3 Bendungan

Mantan wakil bupati Konawe Utara itu tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Ia sempat terdiam beberapa detik, namun tetap saja tak kuasa menahan air matanya.

“Konut sudah lama tersiksa Pak Menteri. Empat tahun jalan di wilayah Konawe menuju Konawe Utara rusak, kami menekan inflasi susah sekali," tutur Ruksamin sedih.

Terkait kondisi jalan rusak, Ruksamin mengaku sudah menyampaikan kepada presiden beberapa kali.

"Saya tidak tahu lagi harus bilang apa, kasihan kami yang ada di Konut, Pak Menteri. Tapi, saya pastikan kepada seluruh masyarakat Konut agar jangan pernah ragu. Saya mewakili pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan menjamin kelangsungan hidup masyarakat," ujar dia.  

"Saya akan pertaruhkan diri saya mewakili seluruh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan warganya di Konut,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, Ruksamin juga menyampaikan data resmi terkait penyebab banjir yang didapatnya dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (DASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tanggal 9 Juni 2019.

Menurutnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut banjir yang terjadi di Konut, bukan disebabkan oleh tambang dan perkebunan di wilayah tersebut.

"Sebab, luasan dua sektor itu tak sampai 5 persen dari luas area tangkapan air," ujarnya.

Data KLHK menyebutkan bahwa penyebab banjir adalah karena curah hujan yang tinggi, sistem drainase yang buruk, pendangkalan sungai dan aktivitas di hutan.

Baca juga: Masa Tanggap Darurat Diperpanjang, Warga Korban Banjir Konawe Utara Dilarang Tinggalkan Tenda Pengungsian

Hasil penelitian dari balai kementrian lingkungan hidup menjelaskan bahwa debit sungai di Konut saat ini 8.500 meter kubik/detik.

Sedangkan, kemampuan debit sungai hanya 5000 meter kubik/detik. Sehingga jika curah hujan tinggi sungai di Konut meluap.

Data BPBD Konut, warga korban banjir berada di 7 kecamatan dengan jumlah 47 desa ada 2.502 kepala keluarga atau 9.609 jiwa.

Itu yang masih ada di tenda pengungsian, ditambah warga yang terdampak sebanyak 18.705 jiwa. 

Kompas TV Indonesia Offroad Federation atau IOF daerah sulawesi tenggara, melakukan misi sosial menembus kawasan banjir yang terisolir. IOF pengda Sulawesi Tenggara menyalurkan bantuan logistik korban banjir di 2 kecamatan Kabupaten Konawe. Jarak lokasi dari ibu kota Kabupaten Unaaha sekira 170 km, menembus 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka Timur. Waktu tempuh sekira 15 jam menuju Desa Lalowa, Kecamatan Latoma, lokasi yang terdampak banjir. Total ada 13 desa yang menerima dan terdistribusikan bantuan logistik. Bantuan yang disalurkan berupa beras sebanga 5 ton, mie instan, ikan kaleng, susu bayi, pempers bayi, dan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com