Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPDB SMK di Jateng Diselenggarakan Tanpa Zonasi

Kompas.com - 18/06/2019, 18:22 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMK Negeri di Jawa Tengah diselenggarakan tanpa sistem zonasi. Ini berbeda dengan PPDB tingkat SMP dan SMA.

PPDB SMK masih menggunakan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) dan prestasi sebagai indikator calon siswa diterima atau tidak ke sekolah tujuan.

"Untuk SMK itu tidak zonasi, tapi yang ditentukan bahwa siswa itu diterima dan tidak adalah berdasarkan dari SKHUN dan prestasi, itu murni,” kata Ketua Panitia PPDB SMK Negeri 1 Magelang, Adung Nakanta, Selasa (18/6/2019).

Meski demikian ada perbedaan pada pola PPDB SMK tahun 2019/2020 ini dengan tahun lalu. Adung menjelaskan, tahun lalu PPDB masing memakai sistem online biasa, sedangkan tahun ini menggunakan online mandiri.

Baca juga: Zonasi PPDB, Gadis Ini Menangis 2 Hari karena Gagal Masuk SMA Negeri

Jika online biasa artinya calon siswa mendaftar terlebih dahulu secara online sebelum kemudian berkasnya diverifikasi oleh panitia PPDB.

Sebaliknya, tahun ini calon siswa wajib menyerahkan berkas dulu ke panitia yang kemudian akan diverifikasi. Setelah dinyatakan lolos verifikasi, maka calon siswa bisa mendaftar secara online dengan mengisi kode registrasi (token) yang sudah diberi oleh panitia.

"Setelah dapat token calon siswa bisa daftar sendiri, bisa di sekolah atau di rumah,” ujar dia.

Lebih lanjut, PPDB SMK Negeri sendiri baru akan dimulai pada 1-5 Juli 2019. Akan tetapi di SMK Negeri 1 sudah dibuka pengajuan berkas persyaratan sejak 17-28 Juni 2019.

“Jadi kami melaksanakan dua verifikasi. Pertama, verifikasi berkas. Kedua, verifikasi online. Sebelum masuk verifikasi online, berkas diverifikasi dulu oleh ketua prodi-prodi sesuai dengan jurusan yang dituju calon siswa," terang Adung.

Baca juga: Terganjal Pergub, PPDB SMA/SMK di Sumbar Belum Dilaksanakan

Adapun berkas persyaratan yang diajukan antara lain SKHUN, Kartu Keluarga (KK), sertifikat prestasi (jika ada) dan surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa calon siswa tidak buta warna atau minimal mata minus tidak lebih dari 2 atau +2.

PPDB SMP

Terpisah, Wakil Wali Kota Magelang, Windarti Agustina, berharap pengalaman PPDB tingkat SMP beberapa waktu lalu bisa menjadi pelajaran untuk PPDB SMA/SMK yang akan diselenggarakan tidak lama lagi.

"PPDB SMP sudah cukup menguras energi, mudah-mudahan pengalaman PPDB SMP yang lalu bisa menjadi pelajaran, motivasi, untuk mengantaisipasi sehingga tidak terjadi kagalauan," tutur Windarti.

Menurutnya, persoalan yang sempat terjadi pada PPDB SMP lalu diantaranya berkaitan dengan surat keterangan domisili. Pihaknya telah melakukan antisipasi agar permasalahan serupa pada PPDB SMA bisa diatasi dengan baik.

"Kalau PPDB SMP sempat ada persoalan berkaitan dengan surat keterangan domisili, itu yang akan menjadi hal yang cukup rumit, tapi insyaallah dari pengalaman PPDB SMP, kita bisa tangani itu di PPDB SMA/SMK nanti," harapnya. 

Baca juga: Satu Pendaftar Bawa 100 Berkas, PPDB SMAN 2 Kota Tasik Kewalahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com