Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Desa Madinah di Magetan, Aktivitas Warga Berhenti Saat Azan Berkumandang

Kompas.com - 18/06/2019, 13:47 WIB
Sukoco,
Rachmawati

Tim Redaksi

MAGETAN , KOMPAS.com - Aktivitas masyarakat di Desa Temboro di Kabupaten Magetan, Jawa Timur yang dijuluki Kampung Madinah, selalu sepi saat azan berkumandang. Hampir seluruh warganya pergi ke masjid atau surau desa untuk beribadah.

Ali (50) dan pedagang lainnya terlihat mengemasi barang dagangan mereka. Sejumlah pembeli juga bergegas menyelesaikan belanjaannya. Sejenak kemudian, suasana jalan desa yang ramai oleh lalu lalang orang perlahan mulai sepi.

"Kalau sudah azan jalan mulai sepi, kami tutup sebentar untuk salat zuhur. Jam 1 nanti baru buka lagi,” ujar Ali sambil menutup pintu tokonya.

Setelah salat, Ali terlihat sibuk menyusun lemari kecil dan meja lipat di depan tokonya yang terletak di jalan utama menuju Pondok Al Fatah Temboro Senin siang.

Baca juga: Di Bandara LIA, 3 Calon TKW Tanpa Dokumen Lengkap Tujuan Arab Saudi Gagal Diberangkatkan

Di hari itu ada pertemuan wali santri (penerimaan santri baru) di Pondok Al Fatah Temboro. Saat pertemuan wali santri, banyak para santri baru mencari lemari kecil dan alas tidur. Saat musim penerimaan santri baru, ia mengaku mampu menjual ratusan lemari kecil serta lebih dari seribu meja lipat.

“Lemari itu bisa 150 lemari. Kalau meja kecil tahun kemarin habis seribu,” ujarnya Senin (17/06 /2019).

Selain Ali, sejumlah pedagang baju muslim yang membuka lapak di sepanjang jalan menuju pondok pesantren juga turut ketiban rejeki.

Erwin salah satu pedagang baju gamis mengaku mendapatkan omzet besar saat pertemuan wali santri seperti saat ini. Dia mengaku mendatangkan baju gamis dari Surabaya dan Jakarta untuk dijual.

"Ramai, ini pertemuannya se Asia Tenggara. Banyak santrinya. Tahun kemarin omset bisa Rp 150 juta selama kegiatan,” katanya.

Desa Temboro sejak puluhan tahun silam memang terkenal dengan julukan Kampung Madinah.

Baca juga: Pesantren Didorong Juga Banyak Bicara Soal Ilmu Duniawi

Julukan tersebut muncul karena pakaian yang digunakan oleh penduduknya seperti pakaian masyarakat Arab. Pria menggunakan busana jubah dan penutup kepala, sementara perempuan menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian warna gelap dan sebagian besar menggunakan burka.

Gaya busana tersebut telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari warga Desa Temboro.

“Berpakaian seperti itu karena orang sini pendidikan agamanya kuat. Mereka mengamalkan ilmunya itu,” ujar Kepala Dusun Temboro, Ulul Azhar kepada Kompas.com.

Keberadaan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro, menurut Ulul Azhar tidak dipungkiri membawa perubahan besar terutama kebiasaan berbusana tertutup seperti saat ini.

Selain itu, kebiasaan lain yang berubah adalah banyak warga yang beraktivitas jalan kaki baik ke masjid maupun ke pasar. Tak heran jika sepanjang jalan Desa Temboro dipenuhi dengan warga yang berbusana seperti di Arab.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com