Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Rinjani Kembali Dibuka untuk Pendaki, 3 Rambu Ini Wajib Dipatuhi

Kompas.com - 13/06/2019, 19:18 WIB
Fitri Rachmawati,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Kembali dibukanya jalur pendakian Gunung Rinjani sejak Jumat (14/6/2019) disambut gembira.

Berdasarkan rekomendasi peta dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani memasang tiga rambu utama di sepanjang jalur pendakian, baik di jalur Sembalun (Lombok Timur) dan Senaru (Lombok Utara) maupun jalur Aik Berik (Lombok Tengah) dan Timbenuh (Lombok Utara) yang baru saja dibuka oleh pemerintah.

Ketiga rambu tersebut harus ditaati oleh para pendaki.

Baca juga: Pendakian Rinjani Dibuka Jumat, Tak Boleh ke Puncak dan Danau Segara Anak

Rambu pertama, misalnya misalnya di daerah bahaya atau rawan akan dipasang rambu berwarna merah.

"Itu artinya rawan, tidak boleh berlama-lama di jalur tersebut dan merupakan jalur satu-satunya yang bisa dilalui," kata Kepala Balai TNGR Nusa Tenggara Barat, Sudiyono, Kamis (13/6/2019).

Patok atau rambu kedua, berwarna kuning, artinya boleh bertahan sesaat sambil berswafoto, tetap tidak boleh berlama lama.

Rambu ketiga berwarna biru berarti rambu penanda lokasi tersebut aman dan bisa digunakan untuk berkemah.

Baca juga: Begini Hasil Survei Tiga Jalur Pendakian Rinjani Pascagempa Lombok

Sudiyono mengatakan, seluruh lokasi telah dipasangkan rambu-rambu penanda tersebut untuk keamanan dan kenyamanan para pendaki.

"Digedor" gempa hingga 

Sudiyono juga mengingatkan bahwa meskipun jalur pendakian dibuka dengan tingkat keamanan yang baik dan bisa terpantau, namun pendaki tetap dilarang sementara ini mendaki ke puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak.

Kawasan itu masih dianggap rawan untuk dituju. Pendaki hanya boleh sampai kawasan Pelawangan.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com yang pernah melakukan pendakian melalui jalur Sembalun, Pelawangan memiliki dataran cukup luas untuk berkemah.

Baca juga: 7 Fakta Siswa Tak Lulus Gara-gara Protes Kepala Sekolah, Siswa Dikenal Kritis hingga 3 Alasan Kepsek

 

Dari lokasi itu, pendaki bisa melihat puncak Gunung Rinjani tanpa harus mendakinya sekaligus menikmati keindahan Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari (Anak Gunung Rinjani) yang masih aktif.

Pelawangan dinilai cukup layak dijadikan akhir pendakian untuk sementara ini hingga PVMBG menilai seluruh kawasan aman.

Sudiyono mengatakan, dibukanya kembali jalur pendakian Rinjani merupakan perjuangan keras tim Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dan masyarakat yang telah melakukan survei ke Gunung Rinjani lebih dari 5 kali.

Tim survei pun sempat "digedor" gempa bermagnitudo 5,6 saat berada di jalur pendakian Sembalun, April 2019.

"Kami sudah melakukan survei lapangan lebih dari 5 kali dan gempa susulan terus terjadi. Hasilnya terus berubah karena gempa susulan tersebut, tetapi tim kami yang berjumlah 20 orang tetap bertugas dengan profesional demi masyarakat," kata Sudiyono.

Baca juga: Akhirnya Diluluskan, Aldi Menangis Lalu Peluk Kepala Sekolah

 

Sementara itu, sejumlah pendaki dan pengelola tracking organizer (TO) di kawasan Sembalun menyambut baik dibukanya jalur pendakian Gunung Rinjani.

"Saya sangat lega dan bahagia dibukanya jalur pendakian ini, ini harapan kami, penyambung hidup, karena paska gempa kami sama sekali tidak bekerja, rumah saya rusak, dan saya benar benar keloyongan (kesusahan) selama ini," kata Anto Capem, Ketua TO Happy Valley Sembalun, saat dihubungi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com