Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 20 Tahun, Nenek 98 Tahun Ini Menunggu Anak Bungsunya Pulang Saat Lebaran

Kompas.com - 11/06/2019, 11:02 WIB
Sukoco,
Rachmawati

Tim Redaksi

MAGETAN , KOMPAS.com - Penglihatan Nyami (98) sudah tidak awas lagi saat mengamati foto lama dipangkuannya. Namun, saat ditanya sosok Lasito (53), anak bungsunya, Nyami langsung menunjuk pria muda yang paling tinggi dan berdiri di sebelah kiri. Dengan jari rentanya, dia terlihat mengelus foto yang mulai memudar tersebut

“Mata saya sudah kabur, tapi Lasito itu yang ini. Ini bersama temannya waktu masih kerja di Jakarta,” ujarnya saat ditemui Kompas.com dirumahnya yang sangat sederhana di Desa Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (11/06/2019).

Nyami bercerita sudah 20 kali lebaran dirinya menunggu anak bungsunya tersebut pulang.

Baca juga: Disdukcapil Depok: Usai Lebaran, Kebanyakan Pendatang dari Jawa Barat

Di usia yang renta, dia mengaku sangat merindukan anak bungsunya dan berharap Lasito pulang untuk menjenguknya. Untuk memudahkan mengingat kepergian anaknya, Nyami menghitung berapa kali lebaran Lasito tidak pulang saat lebaran.

“Saya ngitungnya lebaran. Usia saya sudah 98 lebaran, kalau anak saya sudah 20 lebaran ini tidak pulang,” ujarnya dengan suara pelan.

Saat ini, Nyami masih menempati rumah yang dibangunnya bersama dengan suaminya yang telah lama meninggal. Keadaan rumahnya yang terbuat dari kayu dan bambu tersebut juga sudah terlihat rapuh.

Ia bercerita, di rumah sederhanya tersebut ia melahirkan kelima anaknya. Sani, anak pertamanya membangun rumah di sebelahnya, yang dia tempati bersama cucu dan cicitnya.

"Anak pertama Sani, yang kedua namanya Surati, yang ketiga namanya Surya, yang keempat namanya Karsito, dan yang bungsu itu namanya Larsito. Empat anak saya semua disini. Hanya Larsito yang merantau,” katanya.

Sambil tersenyum, Nyami mengingat jika anak bungsunya tersebut adalah orang yang pendiam. Selain itu, sejak kecil Lasito sudah terbiasa dengan melakukan puasa mutih atau puasa tidak makan nasi. Kebiasaan dari kecil tersebut dilakukan hingga terakhir kali dia pamit untuk merantau ke Sulawesi.

"Makannya yo sayur saja. Kalau ditanya kenapa makan sayur saja, jawabnya sudah kenyang” ucapnya.

Baca juga: Masuk Kerja Pada Libur Lebaran, Wali Kota Hendi Apresiasi ASN

Selain suka berpuasa, Larsito juga sering bepergian mengunjungi masjid-masjid di luar kota. Biasanya, untuk menuju kota tersebut Larsito berjalan kaki.

"Sudah semua tempat didatangi itu ke Jakarta, Cilacap, Surabaya, sampai laut utara. Itu jalan kaki sampai laut selatan. Semua dengan jalan kaki dan tidak ada sangu,” ujarnya.

Sebelum pamit merantau ke Sulawesi, Larsito sempat bekerja di Jakarta. Beberapa lembar foto yang diperlihatkan Nyami, diambil saat Lasito bersama temen-temannya di Jakarta.

Di usia senjanya, Nyami mengaku tidak memiliki keinginan selain hanya melihat anak bungsunya untuk terakhir kali.

Sejak pamit merantau ke Sulawesi untuk bekerja pada seseorang, dia sama sekali tidak pernah menerima kabar dari Lasito, baik melalui surat maupun melalui telepon.

Setiap hari, dia hanya bisa memanjatkan doa agar anak, cucu, dan cicitnya selalu dinaungi kesehatan dan umur panjang sehingga dia bisa memiliki kesempatan untuk bertemu di lebaran yang akan datang.

“Semoga sehat semua tidak kurang suatu apa,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com