Gunung Api Sinabung, yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali erupsi, Minggu (9/6/2019) dengan tinggi kolom abu vulkanik mencapai 7.000 meter dengan awan panas guguran ke sektor tenggara 3.500 meter, 3.000 meter sektor selatan dari puncak Gunung Sinabung.
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Api Sinabung melalui tim pemantau gunung api mencatat Gunung Api Sinabung kembali erupsi pada pukul 16.20 WIB.
"Aktivitas Gunung Api Sinabung sampai saaat ini masih berstatus siaga dalam artian aktivitas Sinabung masih cukup tinggi. Tadi terjadi erupsi pada tanggal sembilan dengan tinggi kolom mencapai 7.000 meter dengan awas panas mengarah ke selatan tiga kilometer dan mengarah timur tenggara 3,5 kilometer," ujar Armen Putra, pengamat Gunung Api Sinabung di pos PVMBG Sinabung, Minggu (9/6/2019).
Baca berita selengkapnya: Gunung Api Sinabung Kembali Erupsi dengan Ketinggian Kolom Abu 7.000 Meter
Dia dan belasan polisi lainnya harus sudah siap berjaga dengan kayu pengganjal ban.
Anggota Polres Magetan itu mengaku sudah 6 tahun ditugaskan menjadi anggota ganjal ban di tanjakan di wisata Sarangan.
Bripka Arif mengaku bisa bertugas tiga kali, yaitu pada Hari Raya Lebaran, Tahun Baru dan Hari Raya Idul Adha.
Dia mengaku tahu betul tanda-tanda kendaraan yang tidak akan mampu menanjak sampai ke atas.
"Biasanya kalau suara mesinnya berat, kami sudah waspada untuk mengantisipasi dengan ganjal," ujarnya Sabtu (8/6/2019).
Baca berita selengkapnya: Kisah Pasukan Polisi Ganjal Ban di Jalur Maut Sarangan, demi Nyawa hingga Dikerjai Pengendara
Hal itu terpaksa dilakukan lantaran tidak ada jembatan yang menghubungkan Desa Renduteno dengan Kota Mbay, Kabupaten Nagekeo.
Amandus Walo, salah seorang warga Desa Renduteno mengatakan, sejak Indonesia merdeka, warga Desa Renduteno ingin mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan dibangunnya infrastruktur jembatan.
Ia mengungkapkan, di saat musim hujan mobil maupun sepeda motor tidak bisa melintasi Sungai Aesesa karena debit air yang sangat besar.
"Saat musim hujan kami pikul motor dan hasil komoditi melintasi Sungai Aesesa ini. Di seberang sungai sudah ada mobil taksi untuk hantar ke Kota Mbay. Begitu juga saat pulang dari kota, kami pikul motor dan hasil belanja. Sudah lama sekali kami dalam kondisi seperti ini," ujar Amandus kepada Kompas.com, Minggu (9/6/2019).
Baca berita selengkapnya: Tidak Ada Jembatan, Warga Desa Ini Pikul Motor Menyeberangi Sungai
Sumber: KOMPAS.com (Nansianus Taris, Sukoco, Sandro Gatra, Hendri Setiawan, Sandro Gatra)/ Antara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.