Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mereka yang Berlebaran dengan Wara-wiri di Angkasa

Kompas.com - 07/06/2019, 10:48 WIB
Caroline Damanik

Editor

Sumber Antara

“Jadi kalau orang pada mudik, kami sering nonton saja, tapi kami sudah biasa. Justru kalau mudik itu suasananya lebih ceria mulai dari bandara, banyak anak-anak dan banyak yang memakai baju bagus,” katanya.

Captain Maherda punya pengalaman menarik lainnya. Dia pernah menerbangkan full seat dengan 14 bayi dalam satu penerbangan saat arus mudik Lebaran beberapa tahun lalu.

“Jadi banyak sekali terhitung 230 penumpang biasanya sehari-sehari hanya 215 penumpang,” katanya.

Berpisah dengan buah hati

Harus bertugas di hari raya juga dialami pramugari Garuda Indonesia, Restu Utami Rosady. Dia harus rela meninggalkan buah hati kembarnya demi menunaikan tugas hingga tanggal 7 Juni.

Lebaran ini adalah pertama kalinya dia kembali ke kabin pesawat untuk melayani penumpang dalam penerbangan setelah dua tahun sebelumnya cuti hamil dan melahirkan.

“Dua tahun kemarin 2017 dan 2018, saya cuti hamil dan baru punya bayi jadi masih bisa Lebaran bareng keluarga. Tahun ini baru pertama terbang lagi,” katanya.

Untuk itu, suami berinisiatif memboyong anaknya ke rumah orangtuanya di Makassar dan Restu baru bisa bertemu pada H+3 Lebaran.

Rasa sedih pun menyelimutinya yang harus menghabiskan waktu Lebaran tanpa kehadiran keluarga.

“Sedih karena anak saya di luar kota, sementara saya masih di sini. Suami saya dinas di Makassar jadi dibawa ke sana,” katanya.

Namun, dia menyadari bahwa berpisah dengan keluarga di hari raya adalah risiko pekerjaanya.

“Namanya konsekuensi dari pekerjaan kita ikut antar orang mudik, tapi kitanya enggak mudik siapa tahu memang di situ pahalanya. Selama pekerjaannya masih di bidang jasa, apalagi ini transportasi udara memang sudah risiko,” kata wanita yang sudah berkarier menjadi pramugari sejak 2010 itu.

Namun, Restu mengaku bangga menjadi bagian dari pihak yang berkontribusi agar mudik Lebaran berjalan dengan lancar, sehingga penumpang bisa bertemu dengan keluarga di kampung halaman, meskipun Ia harus menunda bertemu dengan buah hatinya.

“Rasa rindu dengan keluarga itu terbayar ketika kita melihat mereka berpelukan di bandara dengan tawa dan tangis. Saya mencoba memposisikan menjadi mereka, mungkin mereka sudah saving money berbulan-bulan biar bisa ketemu dengan keluarga,” katanya.

Restu pun mengaku sudah terbiasa apabila ada perubahan jadwal secara mendadak karena kebutuhan penerbangan juga meningkat di masa angkutan Lebaran ini ketika Garuda Indonesia harus mengatur jadwal sekitar 5.000 pramugari.

Halaman:
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com